REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yasuaki Tanizaki, dalam pertemuan dengan Menko bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto, membahas penguatan kerja sama pertahanan antarkedua negara salah satunya dengan menawarkan pesawat amfibi produksi Jepang.
"Tadi (topik) yang sangat menonjol yakni Jepang menawarkan pesawat amfibi yang memang cukup menarik bagi negara maritim seperti Indonesia," kata Wiranto saat ditemui di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (26/8).
Menurut dia, pesawat yang bisa lepas landas dan mendarat di wilayah darat dan air ini sangat bagus untuk menghadapi ancaman kebakaran hutan yang tahun lalu sempat menjadi isu serius di Tanah Air. "Saya kira pesawat amfibi memang sangat bagus untuk dimodifikasi menjadi bagian dalam upaya memadamkan api. Dia bisa mendarat di perairan, menyedot air langsung kemudian menyemprotkan air ke beberapa titik kritis hutan yang terbakar," ungkap Wiranto.
Meskipun mengakui pentingnya kegunaan pesawat multifungsi itu, Menko Polhukam menjelaskan belum ada pembahasan tentang niat Indonesia membeli pesawat amfibi dari Jepang. Pada November 2015, wacana pembelian pesawat amfibi Jepang oleh pemerintah Indonesia sempat mengemuka. Tipe pesawat terbang yang dimaksud yaitu ShinMaywa US-2 yang disebut-sebut seharga 100 juta dolar Amerika Serikat per unit.
Namun, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Muda Muhammad Zainuddin menampik rencana tersebut dengan menyatakan bahwa tidak ada kebutuhan atas pesawat amfibi US-2 dalam rencana strategis kekuatan pokok minimal atau minimum essential force (MEF) TNI. Standar MEF dibuat berdasarkan hakikat ancaman terkait situasi dalam negeri dan perbatasan negara. Melalui MEF, alat utama sistem senjata (alutsista) yang dianggap sudah kuno akan diganti secara bertahap.