Selasa 23 Aug 2016 05:15 WIB

Budayakan Tertib Lalu Lintas Lewat BAP

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Irfan Fitrat
Polwan Satuan Lalu Lintas Polres Semarang bersiap mengantarkan seorang siswa ke sekolahnya di perempatan Sidomulyo, Ungaran, Kabupaten Semarang, Senin (22/8). Langkah tersebut menjadi bagian dari program “Budhal Aman bareng Polisi” (BAP) sebagai edukasi da
Foto: Bowo Pribadi/Republika
Polwan Satuan Lalu Lintas Polres Semarang bersiap mengantarkan seorang siswa ke sekolahnya di perempatan Sidomulyo, Ungaran, Kabupaten Semarang, Senin (22/8). Langkah tersebut menjadi bagian dari program “Budhal Aman bareng Polisi” (BAP) sebagai edukasi da

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Jajaran Satuan Lalu lintas (Satlantas) Polres Semarang meluncurkan program kampanye dan edukasi keselamatan berkendara, “Bhudal Aman bareng Polisi” (BAP), Senin (22/8). Program ini bertujuan menekan angka pelanggaran, sekaligus kecelakaan lalu lintas.

Program BAP ini utamanya menyasar anak-anak yang berangkat sekolah dengan diantarkan orang tua menggunakan kendaraan roda dua. “Yang lebih penting, program ini akan mengedukasi masyarakat, serta membudayakan sadar keselamatan di jalan raya,” ujar Kepala Satlantas (Kasatlantas) Polres Semarang AKP Dwi Nugroho.

Dalam menjalankan BAP, setiap harinya anggota Satlantas Polres Semarang akan memantau di sejumlah jalan utama wilayah Ungaran. Jika di lapangan petugas mendapati anak sekolah tidak mengenakan helm saat diantar orang tuanya dengan sepeda motor,  maka akan diberhentikan. Namun, dalam BAP, polisi tidak menindak langsung dengan memberikan tilang kepada pengendara. Akan tetapi, memberikan edukasi mengenai pentingnya sarana keselamatan saat berkendara. “Pada saat yang sama, anggota polwan kami akan meminjamkan helm dan mengantar sang anak hingga sampai ke sekolah tujuan dengan sepeda motor maupun mobil,” kata dia.

Pelaksanaan BAP ini dilakukan dengan cara yang lebih humanis, apalagi sasaran utamanya anak-anak. Salah satu caranya, kata Dwi, melibatkan anggota kepolisian yang menggunakan kostum boneka maskot BAP, serta boneka polisi lalu lintas. Polisi juga membagikan permen. Sementara para polwan menggunakan selempang biru bertuliskan “pelopor keselamatan berlalu lintas”.

Saat awal peluncuran BAP, Dwi mengakui, masih ada anak yang menangis lantaran khawatir ketika orang tuanya diberhentikan petugas. Namun, ia melihat kondisi tersebut alamiah. Bila masih ada anak yang enggan ditemani polisi, maka akan diantar ke sekolah menggunakan mobil berbarengan dengan orang tuanya. Cara lainnya, petugas meminjamkan helm untuk anak- anak dan kemudian mengawalnya hingga ke sekolah tujuan. Dwi meyakini, edukasi dan pendekatan humanis yang dilakukan terus-menerus dapat membuat anak-anak terbiasa dan tidak lagi takut dengan polisi. “Sehingga, pada saatnya, budaya tertib berlalu lintas akan muncul dari anak- anak ini, pun demikian dengan orang tuanya,” kata dia.

Khotimah (36 tahun), salah satu pengendara yang sempat diberhentikan petugas, mengaku, tidak melengkapi putrinya dengan helm. Alasannya, putrinya tersebut masih duduk di kelas IV SD. Saat diberhentikan petugas, ia sempat berpikiran akan dikenakan tilang. Namun, ternyata tindakan yang dilakukan petugas berbeda. “Ternyata tidak, jadi tidak enak kalau tidak membelikan helm buat anak saya,” ujar dia. Ia pun memberikan apresiasi atas program BAP, meskipun harus ikut membujuk anaknya agar mau diantar oleh polwan ke sekolah. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement