Kamis 11 Aug 2016 08:26 WIB

Membumikan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional

Red: M Akbar
Bimo Joga Sasongko
Foto:

Urgensi Indonesian Science Fund

IABIE mendukukung gagasan dan langkah Presiden RI ketiga BJ Habibie yang juga pendiri Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) yang tengah menghimpun seribu ilmuwan untuk membantu pemerintah menyelesaikan persoalan bangsa.

Segenap elemen bangsa perlu mendukung dan menyokong AIPI terkait penghimpunan Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia atau dana abadi. Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (Indonesian Science Fund/ISF) tersebut diharapkan berasal dari APBN, CSR perusahaan dan sumbangan dari pihak ketiga dari dalam maupun luar negeri. Dana tersebut akan dikelola oleh badan otonom di bawah AIPI.

Pemerintah sebaiknya segera mendukung secara konkrit sistem dan kelembagaan ISF. Apalagi pada saat ini betapa rendahnya investasi nasional dalam penelitian dan pengembangan yang kurang dari 0,1 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Hal ini tentunya menghambat kapasitas Indonesia untuk berkembang menjadi negara maju. Serta untuk memberi dorongan agar ada usaha terus menerus membangkitkan daya inovasi dan kreasi guna kesejahteraan dan peradaban Indonesia.                     

Kebijakan nasional untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), khususnya kegiatan inovasi sebaiknya mencermati fenomena global. Ada dua strategi global yang bisa dijadikan masukan berharga. Strategi pertama adalah pendirian taman-taman bisnis yang diperuntukkan bagi sektor industri spesifik.

Contoh negara yang sangat progresif dalam mendirikan aneka taman bisnis adalah Dubai. Dibawah kepemimpinan Sheikh Mohammed, negara itu telah membangun secara spektakuler Dubai Internet City (DIC) yang dirancang dengan bantuan Arthur Andersen dan McKinsey & Company. Selain itu juga didirikan Dubai Healthcare City, Dubai Biotechnology and Research Park,  Dubai Industrial Park,  Dubai Studio Park, dan Dubai Media Park.

Dengan terbangunnya taman-taman bisnis tersebut Dubai menjadi basis yang ideal bagi perusahaan multinasional apapun. Dalam waktu singkat perusahaan top dunia hadir dan membuat kontrak jangka panjang dengan nilai investasi yang besar. Diantaranya adalah Microsoft, Oracle, HP, Compaq, Siemens, Sony Ericsson. Begitu juga perusahaan raksasa media massa dan penyiaran memiliki cabang utama di Dubai Media Park. Seperti  Reuters, CNN, CNBC, BBC, Arabian Radio Network.

Strategi global yang kedua ditunjukan oleh Israel yang sukses membentuk perusahaan-perusahaan inovatif yang sukses menarik ventura global serta mampu menciptakan ekosistem teknologi  yang terus menerus mencari produk dan pasar baru. 

Penting untuk dicatat bahwa hingga saat ini infrastruktur fisik di Israel masih kalah dibanding Dubai. Namun hukum alam telah menunjukkan bahwa aspek budaya dan ideologi ternyata merupakan tanah yang lebih subur untuk menumbuhkan pranata inovasi.

Strategi Israel untuk menumbuhkan perusahaan inovatif bermula dari program pemerintah yang bernama Yozma, yang dalam bahasa Ibrani berarti inisiatif. Program Yozma diluncurkan dengan penyertaan dana pemerintah sebesar 100 juta dollar AS kepada perusahaan yang melakukan proses inovasi sebagai stimulus untuk mendatangkan modal ventura.

Pada saat ini ada sekitar 300 modal ventura raksasa yang beroperasi di Israel baik dari perusahaan asing maupun domestik yang menginvestasikan sejumlah besar dananya dalam rintisan dan proses inovasi.

Persoalan daya inovasi bangsa terkait dengan persoalan mendasar yang menyangkut budaya, geo-politik dan kesiapan SDM. Eksistensi Indonesian Science Fund hendaknya jangan layu sebelum berkembang. Meskipun saat ini terjadi pemangkasan belanja negara, Pemerintahan Presiden Joko Widodo sebaiknya segera mengalokasikan dana sebagai katalis dana abadi pengembangan iptek dan  prakarsa modal ventura untuk kegiatan inovasi.

Pemerintahan Presiden Joko Widodo agar secepatnya mencari solusi terhadap kondisi masih ada sebagian ilmuwan dan teknolog dari instansi pemerintah dan BUMN yang kapasitasnya masih idle. Untuk itu perlu insentif dan program terobosan agar kapasitas mereka bisa digunakan secara optimal.

Salah satu yang perlu insentif dan terobosan adalah Puspiptek ( Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ) Serpong yang berupa infrastruktur Iptek yang sangat luas dan beragam. Berbagai laboratorium teknik, fasilitas pengujian, fasilitas kalibrasi, hingga reaktor nuklir perlu dioptimalkan.

Saatnya pemerintah membenahi wahana riset dan teknologi seperti halnya kawasan Puspiptek agar komponen laboratorium tidak menjadi besi tua.  Perlu peta jalan baru terkait kebijakan riset dan teknologi yang bertumpu kepada inovasi produk. Untuk itu pemerintah harus segera mensinergikan lembaga-lembaga riset dan pengkajian seperti halnya BPPT, LIPI, BATAN, LAPAN dengan perusahaan atau komunitas inovatif yang ada di negeri ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement