Kamis 11 Aug 2016 06:35 WIB

Ahli Digital Forensik Analisis Gerak-gerik Jessica Saat Mirna Terbunuh

Rep: C39/ Red: Nur Aini
 Terdakwa kasus pembunuhan Mirna Wayan Salihin, Jessica Kumala Wongso berbincang dengan kuasa hukumnya saat sidang lanjutan dengan agenda mendengarkan keterangan saksi ahli di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (10/8).  (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Terdakwa kasus pembunuhan Mirna Wayan Salihin, Jessica Kumala Wongso berbincang dengan kuasa hukumnya saat sidang lanjutan dengan agenda mendengarkan keterangan saksi ahli di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (10/8). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sidang Jessica Kumala Wongso, terdakwa kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin kembali digelar untuk kesebelas kalinya di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (10/8). Dalam sidang tersebut Jaksa Penuntut Umum (JPU) menghadirkan saksi ahli digital forensik dari Pusat Laboratorium Forensik Bareskrim Polri, AKBP Muhammad Nuh Al Azhar.

Dalam sidang pengacara terdakwa Jessica mempertanyakan rekaman CCTV yang ditayangkan majelis hakim. Hal ini karena, rekaman CCTV itu terlihat pecah dan tidak menunjukkan bahwa Jessica menuangkan racun sianida ke dalam minuman Mirna.

Muhammad Nuh pun mengakui kekurangan rekaman tersebut. Menurut Nuh, hal itu lumrah sebab rekaman CCTV itu tidak mempunyai kualitas seperti kamera profesional. Kendati demikian, berdasarkan ilmu forensik digital hal tersebut masih bisa diperjelas.

"Dalam kasus Mirna ini yang merekam aktivitas Jessica hanya dua. Satu yang ada di belakang dan dua yang ada di depan Jessica. Sementara yang merekam aktivitas terdakwa sendiri ada di depan, CCTV dengan objek sekitar 12 meter," kata Nuh di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (10/8).

Dalam rekaman tersebut Jessica memposisikan dirinya di belakang tanaman, sehingga CCTV tidak merekam secara jelas kegiatan wanita yang biasa dipanggil Jes tersebut. Namun, gerakan tangan, kepala, dan badan Jessica masih terlihat, sehingga masih bisa dilakukan analisis.

"Dalam hal ini disebut distorsi gambar. Analoginya seperti puzzle dengan gambar utuh huruf A. Jadi, meski kepingan puzzle satu atau dua menghilang, tapi tetap saja orang mengenal puzzle itu dengan huruf A," kata Nuh.

Dalam rekaman CCTV itu memang tidak terlihat secara langsung bahwa Jessica menuangkan sesuatu ke dalam gelas. Karena, pergerakan Jessica tertutupi oleh paper bag dan tanaman yang kebetulan sejajar dengan CCTV. Namun, menurut Nuh, gerakan tangan kanan dan kiri yang bergatian masuk ke dalam tas sudah bisa disimpulkan bahwa Jessica memasukkan sesuatu.

"Itu satu keutuhan yang mulia. Contoh analogi, suara. Saya miliki anak kembar identik. Dan ketika dari depan bersuara saya bisa membedakan. Dari bersuara saya tahu anak yang mana. Tapi saya telepon, saya tidak tahu," kata Nuh.

"Kalau distorsi gambar, misalnya anda beli celana, orang awam biasanya bingung membedakan mana warna cokelat dan hijau. Hal ini disebabkan karena cahaya lampu di ruangan warna kuning. Untuk kasus ini, bukan distorsi warna yang kami analisis, tapi gerakan Jessica sendiri," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement