Rabu 10 Aug 2016 22:02 WIB

Buwas Bisa Jadi 'Kuda Hitam' di Pilkada DKI Jakarta

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Bayu Hermawan
Rilis Jaringan Sindikat Internasional. Kepala BNN Budi Waseso menunjukan barang bukti narkotika saat rilis barang bukti jaringan sindikat internasional di BNN, Jakarta, Jumat (13/5). (Republika/Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Rilis Jaringan Sindikat Internasional. Kepala BNN Budi Waseso menunjukan barang bukti narkotika saat rilis barang bukti jaringan sindikat internasional di BNN, Jakarta, Jumat (13/5). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tujuh partai politik sepakat membentuk Koalisi Kekeluargaan untuk menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Namun demikian, hingga hari ini belum ada pengumuman tentang nama kandidat gubernur yang bakal diusung oleh koalisi tersebut.

Pengamat politik dari Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago menilai Parpol-Parpol yang tergabung dalam Koalisi Kekeluargaan saat ini sepertinya masih memperhitungkan sosok yang mereka rasa benar-benar pas untuk dijadikan penantang bagi calon pejawat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Pilkada mendatang.

"Koalisi ini tampak begitu berhati-hati. Mereka tidak langsung mengumumkan pasangan calonnya saat koalisi terbentuk," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (10/8).

Ia mengatakan sejauh ini nama kandidat di kalangan Koalisi Kekeluargaan yang sudah muncul di permukaan baru Sandiaga Salahuddin Uno. Menurutnya kader Partai Gerindra itu berkemungkinan besar bakal mendapat tempat sebagai calon wakil gubernur (Cawagub) di koalisi.

Sementara, untuk cagubnya sendiri sampai kini masih abu-abu, meski sudah ada beberapa nama figur unggulan yang sempat beredar sebelumnya, antara lain Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma).

"Ujung dari cerita koalisi ini bukan tidak mungkin bakal memunculkan nama kandidat alternatif seperti Budi Waseso (Buwas) yang saat ini menjabat kepala BNN (Badan Narkotika Nasional). Pasangan Buwas-Sandiaga bisa menjadi kuda hitam pada Pilgub DKI nanti," katanya.

Ia menuturkan Buwas selama ini dikenal sebagai teman baik dan kanalnya Budi Gunawan (BG). Sementara, BG sendiri diketahui memiliki hubungan kedekatan dengan Megawati Soekarnoputri. Tidak mustahil, kata Pangi, BG bakal 'membisiki' pucuk pimpinan PDIP itu agar merestui Buwas untuk maju di Pilkada DKI lewat Koalisi Kekeluargaan.

Pangi berpendapat, di antara tujuh parpol anggota Koalisi Kekeluargaan, PDIP termasuk yang memiliki kekuatan politik mumpuni saat ini. Jika Megawati ingin mengurangi pengaruh Presiden Jokowi di Pilkada DKI, besar kemungkinan putri proklamator itu bakal memilih Buwas.

"Sudah rahasia umum, Presiden Jokowi sangat dekat dengan Ahok lantaran faktor peristiwa masa lalu yang pernah dijalani keduanya ketika masih memimpin Ibu Kota. Sementara, PDIP yang dipimpin Mega kini telah mengambil posisi yang berseberangan dengan Ahok," jelasnya.

Dia menambahkan, dinamika politik di Ibu Kota masih berpeluang terjadi dalam beberapa waktu ke depan.

"Saya pikir, bisa saja Buwas nantinya bakal dipasang PDIP di akhir-akhir waktu sebagai calon gubernur untuk mengimbangi Ahok. Seperti halnya Risma dan Rizal Ramli, Buwas juga punya kans besar untuk terpilih dalam kontestasi Pilkada DKI 2017," jelasnya.

Tujuh partai politik yakni, PDIP, Gerindra, PKS, PPP, PKB, PAN, dan Demokrat pada Senin (8/8) lalu sepakat membentuk koalisi untuk menghadapi Pilgub DKI mendatang. Ketua DPW PAN DKI Jakarta, Eko Hendro Purnomo, menyebut gabungan tujuh parpol itu dengan nama Koalisi Kekeluargaan.

"Koalisi baru ini akan membahas bagaimana kriteria pemimpin DKI Jakarta pada masa mendatang," kata Eko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement