REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Jumlah rukun warga (RW) yang sudah memiliki dan mengelola bank sampah di Kota Yogyakarta sudah semakin banyak. Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta dari 615 RW yang ada 60 persennya atau 405 RW sudah memiliki dan mengelola bank sampah.
Menurut Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas BLH Kota Yogya Very Tri Jatmiko, dari 405 unit bank sampah tersebut belum semuanya mampu mandiri. "Tidak sedikit di antaranya yang masih tertatih-tatih bahkan ada pula yang mati suri," ujarnya saat pendampingan bank sampah pemula tingkat DIY di Bank Sampah Wirolaras RW 08 Wirogunan Mergangsan, Selasa (9/8).
Menurut dia, bank sampah merupakan salah satu cara untuk menekan volume sampah yang disetor ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Oleh karena itu, konsep bank sampah tidak dibangun tersentral melainkan menyebar di tiap kampung.
Menurutnya, ada timbal balik ekonomi terhadap sampah-sampah yang dapat diberdayakan kembali melalui bank sampah itu. Namun nilai ekonomis ini diharapkan bukan menjad prioritas utama dalam pengelolaan bank sampah. Justru sikap ramah lingkungan dan cinta lingkungan yang lebih dikedepankan.
Dia khawatir, jika masyarakat yang bergabung di bank sampah hanya berorientasi pada mencari nilai ekonomis semata maka jika hasil profitnya tidak sesuai harapan justru bisa menurunkan motivasi dalam pengurangan sampah. Padahal, rumah tangga sebagai penyumbang sampah terbesar seharusnya memiliki tanggung jawab dalam hal pengelolaan.
Oleh karena itu, guna membangun kesadaran cinta lingkungan sejak dini, BLH kini juga rutin menggelar sosialisasi ke sekolah. Terutama lembaga pendidikan jenjang sekolah dasar dan taman kanak-kanak. "Kami punya program masuk ke sekolah-sekolah. Paling tidak, anak-anak sudah paham dulu untuk memilah sampah antara organik dan anorganik. Supaya sampah yang bisa diberdayakan, tidak langsung dibuang ke tempat sampah," katanya.