REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -– Anomali cuaca berupa kemarau basah akibat pengaruh la nina, di satu sisi menguntungkan petani karena masih adanya hujan di musim kemarau. Namun di sisi lain, penyimpangan cuaca juga memunculkan banyak hama tanaman yang menyerang tanaman padi.
Seperti yang terjadi di wilayah Kabupaten Banyumas, ratusan hektar sawah yang ditanam petani pada musim sadon ini diserang berbagai hama tanaman. Berbagai hama yang muncul tersebut, mulai dari hama tikus, hama blas (patah leher), walang sangit, sundep, hingga hama wereng.
Di Desa Pegalongan Kecamatan Patikraja, puluhan hektare tanaman padi dari berbagai varietas yang ditanam petani terserang hama tikus, walang sangit, dan blas. ''Kalau hama tikus, sekarang sudah mulai reda meski sudah menyebabkan kerusakan pada beberapa petak sawah. Tapi menjelang bulir-bulir padi saat ini mulai berisi, gantian hama walang sangit, dan blas yang menyerang tanaman padi kami,'' kata Karsidi, anggota Kelompok Tani desa setempat, Ahad (7/8).
Dia menyebutkan, kalau jenis hama yang menyerang hanya jenis hama walang sangit, petani masih bisa mengatasi dengan obat anti-hama insektisida. ''Tapi kalau yang menyerang hama patah leher atau blas, susah sekali mengatasinya,'' katanya.
Padahal, serangan hama blas ini bisa menyebabkan produksi padi yang sebenarnya sudah tumbuh dengan baik pada masa vegetatif, menjadi hancur hanya pada saat petani tinggal menunggu panen. Hal ini karena hama blas yang disebabkan oleh hama sejenis jamur tersebut, hanya menyerang pada saat tanaman padi mulai mengeluarkan bulir padi. ''Kalau terserang hama ini, padi yang sebenarnya sedang mengisi langsung mengering sehingga menjadi padi hampa,'' katanya.
Menurutnya, hama blas tersebut saat ini menyerang hampir semua tanaman padi sedang mulai berbulir. Hanya intensitas serangannya berbeda-beda tergantung varietas yang ditanam petani. ''Kalau sudah terserang hama ini, diatasi dengan obat anti hama apa pun seperti tidak ada pengaruhnya,'' jelas Karsidi.
Sementara di wilayah Kecamatan Rawalo, Wangon, dan Jatilawang yang merupakan salah satu sentra penghasil beras di Kabupaten Banyumas, saat ini justru banyak diserang oleh hama wereng. Tanaman yang terserang hama ini, menyebabkan banyak tanaman padi yang sebenarnya juga mulai berbuah menjadi menguning kemudian kering.
Sanim, petani Desa Margasana Kecamatan Jatilawang, mengatakan serangan wereng menyebabkan penurunan hasil panen hingga separuh keadaan normal. Sawah seluas 100 ubin yang normalnya bisa menghasilkan satu ton gabah kering panen (GKP), akibat serangan wereng bisa hanya menghasilkan 5 kuintal GKP. ''Bahkan kalau serangannya parah bisa hanya menghasilkan 1 kuintal,'' ujarnya.
Selain itu, gabah dan beras yang dihasilkan dari tanaman yang terserang wereng, menyebabkan kualitas berasnya menjadi tidak baik. ''Gabah dan berasnya, menjadi berwarna kusam. Tidak berwarna putih bersih,'' ujarnya.