Ahad 07 Aug 2016 12:16 WIB

Lion Air Laporkan Pilot yang Mogok Terbang ke Polisi

Rep: Mabruroh/ Red: Nur Aini
Maskapai Lion Air.
Foto: Reuters
Maskapai Lion Air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pilot Lion Air mengaku kaget mendapatkan surat panggilan dari Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri. Sebanyak empat orang sudah menjalani pemeriksaan polisi. Pilot tersebut diperiksa polisi karena dilaporkan managemen Lion Air terkait penundaan penerbangan pada 10 Mei 2016.

"Yang sudah dipanggil empat orang, Kapten Hasan Basri, Kapten Jimikalebos, Yuda Rosapari, Gatot Miryadi," ujar ketua Serikat Pilot Asosiasi Pilot Lion Group (SP-APLG), Eky Adriansyah di Lembaga Bantuan Hukum, Jakarta Pusat, Ahad (7/8).

Eky mengaku baru mengetahui bahwa pihak Lion Air mempersalahkan pilotnya dari hasil pemeriksaan tersebut. Eky juga mengaku menyesalkan langkah pihak managemen Lion Air yang tanpa diskusi lebih dulu dengan para karyawannya tetapi secara tiba-tiba justru melaporkan ke pihak kepolisian.

Pihak kepolisian Bareskrim kata dia menjelaskan bahwa permasalahan yang dilaporkan terkait peristiwa 10 Mei 2016, yakni perihal dugaan sabotase yang menyebabkan penundaan penerbangan (delay).

"Melaporkan ke polisi adalah upaya kriminalisasi dan intimidasi kepada para pilot," ujar Eky yang sudah menjadi pilot selama sembilan tahun.

Di Bareskrim itulah, kata Eky, pilot-pilot yang dipanggil menjelaskan kronologi peristiwa 10 Mei 2016 secara terbuka. Eky mengatakan pihaknya menceritakan tentang manajemen yang telah mengeksploitasi kerja mereka selama ini, kontrak kerja yang fantastis, dan masalah lain yang telah mengganggu Psikis mereka.

Eky membantah tuduhan provokasi pilot untuk mogok. Menurut dia tidak ada yang memprovokasi melainkan karena kesamaan rasa yang dialami oleh para pilot sendiri. "Bukan memprovokasi tapi karena seluruh pilot merasakan itu," ujarnya.

Sedangkan perihal gangguan psikis tersebut, kata dia, terkait pekerjaan pilot yang membawa banyak nyawa orang. Sehingga apabila pilot dalam keadaan marah, pilot tidak boleh mengemudikan pesawat.

"Gini deh, kalau mas naik taxi, mas melihat sopirnya marah-marah. Kalau melihat seperti itu, mas mau tetap naik atau turun? Kalau taxi bisa turun penumpangnya, kalau pesawat gimana?" ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement