Ahad 07 Aug 2016 07:02 WIB

Polemik Azan dan Standar Ganda untuk Islam di Indonesia

Red: M Akbar
Suasana Vihara Tri Ratna pascakerusuhan yang terjadi di Tanjung Balai, Sumatra Utara, Sabtu (30/7).
Foto:

Ketidak adilan hukum makin massif nyaris terjadi di segala lini. Sampai tersua adagium: hukum hanya berlaku bagi rakyat jelata. Terakhir, ketidak adilan hukum muncul kembali dalam kasus narkoba. Bocoran terpidana mati Freddy Budiman soal keterlibatan aparat dalam peredaran narkoba, malah membuat penegak hukum kebakaran jenggot.

Padahal keterlibatan mereka bukan lagi rahasia. Dalam kasus kecil pun masyarakat mudah menemuinya. Mulai suap tilang, jual beli kasus, ‘bobok celengan’ dagelan teroris, jual beli ganti hukuman, suap kencing minyak, sampai sekadar pembuatan SIM.

Apalagi soal narkoba, yang uangnya seksi nan mempesona. Publik juga tidak lupa soal rekening gendut, yang sampai sekarang penanganan kasusnya bikin masyarakat cemberut.

“Memberantas narkoba harus dimulai dari aparatnya.” Demikian seorang pengamat memberi usulan, paska meledaknya bocoran Freddy Budiman. Tapi semua hanya tergantung keinginan dan keseriusan. Apapun masukan, pola, anggaran menggiurkan, jika tak ada kesungguhan tetap percuma.

Kondisi ketidak adilan hukum dan varian carut marut masalah umat dan rakyat, kita semua dikejutkan lagi dengan pemangkasan anggaran Rp 133 triliun. Pemangkasan anggaran ini dinilai menghambat laju ekonomi. Bahkan, target pajak dua tahun berturut jauh meleset. Terbaru, meleset Rp 219 triliun. Dengan maraknya aneka kegaduhan, ada satu kekhawatiran: krismon akan datang makin hebat.

Sejak awal rezim ini berkuasa, janji-janji manisnya tak ada yang terealisir. Di lapangan, krismon sudah terasa sejak awal 2015. Namun, tetap saja pemerintah tidak jujur dengan realitas lapangan. Bahkan, akhir-akhir ini, pengangguran massal mencipta gurita keresahan dan kerusakan sosial. Dari lonjakan kriminalitas, perceraian, sampai ibu rumah tangga yang iku jualan narkoba karena terpaksa.

Rakyat lelah didustai berkali-kali. Dari mulai tarik subsidi, pajak ini dan itu, kenaikan harga itu dan ini, hutang sana sini, yang semuanya diklaim untuk infrastruktur, nyatanya nihil belaka. Rakyat menilai pemerintah telah terjangkit dusta akut. Namun, jika ini diteruskan kondisi negeri makin sengkarut.

Aneka kegaduhan hanya menutup kegagalan dan kondisi ril keuangan negara. Bahkan, tega mengusik panggilan adzan. Sebuah cara paling jitu mengusik mayoritas. Dengan sekejap bisa mengalihkan perhatian rakyat pada kegagalan pemerintah. Jujurlah atas ketidak mampuan. Relakan, letakkan tampuk kekuasaan, bila sudah tak mampu.

Dari kondisi lapangan, cepat atau lambat bangsa ini akan mengucapkan: selamat datang badai krismon lanjutan! Please, sudahi kedustaan, sudahi standar ganda, sudahi berangan-angan, sudahi kegaduhan mengusik Islam…

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement