Kamis 04 Aug 2016 14:48 WIB

Polri Curiga Kericuhan Tanjung Balai Bukan Soal Penistaan Agama

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Kondisi Vihara Tri Ratna yang rusak pascakerusuhan yang terjadi, di Tanjung Balai, Sumatra Utara, Sabtu (30/7). Kerusuhan yang terjadi di Tanjung Balai pada Jumat (29/7) menyebabkan sejumlah vihara dan kelenteng rusak.
Foto: Antara
Kondisi Vihara Tri Ratna yang rusak pascakerusuhan yang terjadi, di Tanjung Balai, Sumatra Utara, Sabtu (30/7). Kerusuhan yang terjadi di Tanjung Balai pada Jumat (29/7) menyebabkan sejumlah vihara dan kelenteng rusak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri curiga kericuhan di Tanjung Balai, Sumatra Utara (Sumut), bukan disebabkan penistaan agama. Direktur Tindak Pidana Umum (Dir Tipidum) Bareskrim Polri Brigjen Agus Andrianto kericuhan tersebut kemungkinan berkaitan dengan narkoba.

Terlebih lagi, dari 14 pelaku kericuhan, ada empat orang positif mengkonsumsi ganja dan afetamine. Sedangkan empat pelaku lainnya masih menunggu hasil tes.

"Jadi tidak menuntup kemungkinan juga, ini mungkin bentuk perlawanan dari kelompok-kelompok itu, yang mungkin juga bisa menyusul ke mana-mana, gitu mba," ujar Agus saat dihubungi di Jakarta, Kamis (4/8).

Ia mengatakan Polres Tanjung Balai sedang gencar memberantas penyalahgunaan narkotika. Selama satu tahun belakangan, sebanyak 257 kasus narkoba telah ditangani. Bahkan, ada tujuh orang dituntut hukuman mati karena kepemilikan dan penggunaan narkoba.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement