REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Narapidana yang terjerat kasus narkoba di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Malang mengaku ketakutan mendengar kabar eksekusi mati di Nusakambangan yang akan dilaksanakan akhir pekan ini.
"Para napi menceritakan ketakutannya kepada sipir lapas dalam beberapa kesempatan," ungkap Kepala Lapas Krismono, Kamis (28/7).
Menurut Krismono, ketegasan pemerintah menembak mati para gembong narkoba bisa memengaruhi perilaku para napi. Dituturkan Krismono, para napi akan berpikir dua kali untuk main-main dengan narkoba di dalam lapas. Hingga saat ini, dari dua ribu penghuni lapas tersebut, terdapat sekitar 700 narapidana tersangkut kasus narkoba baik pengedar maupun pengguna.
Selama ini petugas lapas kerap mendapati penyelundupan narkoba ke dalam lapas dengan berbagai modus. Modus paling sering, lanjutnya, narkoba disusupkan dalam makanan yang dibawa para pembesuk.
"Shabu-shabu misalnya, diselipkan dalam buah, nasi, sayur, bahkan pengunjung sengaja membawa bayi yang popoknya disusupi narkoba," jelas Krismono.
Modus lain yaitu dengan pelemparan melalui tembok lapas. Narkoba direkatkan bola tenis kemudian dilempar ke dalam lapas saat tengah malam. Temuan terakhir pada Selasa (26/7) lalu saat seorang tahanan kembali ke lapas usai mengikuti persidangan. Arbain (24) terdakwa kasus pencurian kedapatan membawa enam ponsel dan 25 butir yang diduga ekstasi.
"Persidangan tenyata momen bagi para pengedar dengan pecandu untuk bertransaksi secara sembunyi-sembunyi," ujar mantan Kepala Lapas Banyuwangi ini.