REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Semakin tingginya angka peredaran gelap narkoba di Indonesia membuat Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan menyebut ancaman barang haram ini lebih berbahaya dari terorisme. Profil pengguna yang tak pandang bulu membuat narkoba dianggap lebih berbahaya dibanding terorisme.
"Teroris bahaya. Tapi kalau ditanya saya sekarang, lebih bahaya narkoba karena itu nggak ada urusan suku, pangkat rendah tinggi, nggak ada beda (semua kena)," kata Luhut usai mengisi kuliah umum di Universitas Sumatera Utara, Medan, Senin (25/7).
Luhut mengatakan, saat ini, ancaman dari narkoba sudah sangat berbahaya. Menurut data BNN, ada 40 hingga 50 orang yang meninggal akibat penyalahgunaan narkoba setiap hari. Angka ini terus meningkat setiap tahunnya.
Selain kalangan mahasiswa, peredaran narkoba pun sudah merasuki kalangan pelajar. Tak sedikit juga pemakai narkoba yang sudah berumur. "Itu dari anak kecil sampai dewasa. Apalagi, peredaran narkoba juga sudah diatur dalam penjara. Ini yang perlu diwaspadai," ujar dia.
Di sela pemaparannya di USU, Luhut pun meminta pihak kampus untuk melakukan tes urin secara acak kepada para mahasiswa. Hal ini untuk mengatasi semakin maraknya peredaran gelap narkoba di lingkungan kampus. "Saya berharap, setiap fakultas melakukan random test (urine)," ujar dia.
Ia berharap, pihak universitas dapat mengambil langkah tegas terhadap mahasiswa yang ketahuan menyalahgunakan narkoba. Tak tanggung-tanggung, Luhut meminta pihak berwenang kampus untuk memecat mahasiswa yang positif menggunakan narkoba. "Kalau ada yang hasil tes urinenya positif, ya pecat. Peringatan satu, dua terus pecat. Ini sudah enggak bisa lagi (ditoleransi)," kata Luhut.