REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Sebanyak 840 jiwa dari 303 kepala keluarga di dua desa yang berada di Kecamatan Curugkembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, terancam bencana pergerakan tanah.
"Dari jumlah tersebut tidak seluruhnya mengungsi, tetapi ada sekitar 300 jiwa dari 80 kepala keluarga," kata Humas Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Sukabumi Atep Maulana di Sukabumi, Sabtu (23/7).
Menurut dia, hingga saat ini sudah ada puluhan kepala keluarga yang memilih mengungsi karena rumah mereka rusak berat sehingga tidak bisa lagi dihuni. Tapi, warga yang mengungsi tidak hanya yang rumah rusak berat saja, tetapi yang rusak ringan dan sedang ada yang ikut mengungsi.
Lokasi terdampak bencana tersebut terletak di di Desa Cimenteng dan Nagrakjaya. Pihaknya juga ikut mendirikan tenda darurat yang bisa digunakan menjadi tempat pengungsian sementara oleh warga. Selain itu, pihak BPBD, TNI dan Polri setempat juga sudah mendirikan tenda darurat terlebih dahulu.
Kondisi cuaca yang tidak menentu, dikhawatirkan banyak korban bencana yang terserang penyakit, apalagi cukup banyak bayi dan balita yang tidak di lokasi terdampak. Maka dari itu, pihaknya juga menyalurkan bantuan tidak hanya berupa perlengkapan keluarga dan makanan siap saji saja, tetapi menyediakan obat-obatan untuk warga yang mengeluh kondisi kesehatannya menurun.
"Kami berupaya memberikan bantuan kemanusiaan yang maksimal, untuk antisipasi jatuhnya korban jiwa pada bencana ini," tambah Atep.
Sementara, Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Sukabumi, Agung Citra mengatakan Kecamatan Curugkembar merupakan daerah rawan longsor dan pergerakan tanah, bahkan masuk dalam kategori daerah megalongsor.
"Daerah ini banyak tebing tinggi yang tanahnya labil, bahkan hampara tanah di daerah ini mudah terjadi pegerakan tanah dan longsor. Bencana serupa juga sempat terjadi pada 2012 lalu yang menyebabkan puluhan rumah rusak," katanya.