Jumat 22 Jul 2016 22:23 WIB

Korban Vaksin Palsu Marah ke RSIA Sayang Bunda

Rep: Kabul Astuti/ Red: Teguh Firmansyah
Orang tua korban vaksin palsu mendatangi Rumah Sakit Ibu Anak (RSIA) Sayang Bunda, Babelan, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (22/7).(Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Orang tua korban vaksin palsu mendatangi Rumah Sakit Ibu Anak (RSIA) Sayang Bunda, Babelan, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (22/7).(Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Ratusan orang tua pasien terindikasi korban vaksin palsu masih berlarut-larut dalam penantian dari Rumah Sakit Ibu Anak (RSIA) Sayang Bunda, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Mereka menanti keputusan pihak manajemen rumah sakit atas tuntutan yang dilayangkan orang tua korban.

Sebagian harus mengorbankan pekerjaannya hanya untuk menjemput jawaban dari manajemen rumah sakit. Semakin lama penantian, wajah-wajah lelah nan kecewa itu kian dipenuhi emosi.

Hamid (30 tahun), salah satunya. Warga Bekasi ini sudah menunggu sejak pukul 14.00 WIB untuk mendapatkan kepastian dari RSIA Sayang Bunda.  Anaknya yang kini berusia 1 tahun 10 bulan mendapat vaksinasi sebanyak empat kali di rumah sakit yang terdaftar dalam 14 rumah sakit pengguna vaksin palsu ini.

"Sudah empat kali vaksin di RSIA, tiga kali mendapat pediacel," kata Hamid, sambil menunjukkan buku imunisasi anaknya, kepada Republika.co.id, Jumat (22/7).

Pediacel merupakan satu di antara beberapa jenis vaksin palsu berdasarkan hasil uji laboratorium dari Kemenkes. Hamid mengharapkan adanya vaksinasi ulang untuk buah hatinya, tapi tidak di RSIA Sayang Bunda. Ia mengkhawatirkan kekebalan tubuh anaknya apabila terserang penyakit.

Baca juga, Bareskrim Bongkar Peredaran Vaksin Palsu Bayi.

Bukan tanpa alasan, tutur Hamid, sebab anaknya pernah terkena penyakit sejenis campak meskipun sudah mendapat imunisasi campak. "Trauma, kecewa, sudah nggak mau lagi kalau vaksin di sini," imbuh Hamid.

Penantian para orang tua korban vaksin palsu RSIA Sayang Bunda sudah berlangsung selama hampir sepekan. Mediasi dengan pihak manajemen rumah sakit cenderung berjalan alot. Mediasi pertama yang berlangsung pada 18 Juli 2016 belum membuahkan hasil. Kesempatan mediasi terbuka bahkan sempat berakhir ricuh.

Pada 18 Juli 2016, pihak manajemen rumah sakit berjanji akan menjawab tuntutan orang tua korban pada Jumat (22/7) pukul 14.30 WIB. Janji tinggal janji. Sampai batas waktu yang ditentukan, jawaban yang diberikan oleh pihak manajemen rumah sakit dianggap tidak memuaskan. Mediasi tertutup pun kembali dilakukan sore tadi. Ada sekitar 15 perwakilan orang tua yang ikut masuk ke dalam menemui direktur.

Emosi para orang tua sempat memanas lantaran tidak adanya tenggat waktu sampai kapan mereka harus menanti. Semua mendesak ingin ikut masuk ke dalam rumah sakit. Aparat kepolisian pun membentuk barisan di depan pintu rumah sakit. Sampai dengan mediasi tertutup pada Jumat (22/7) sore berakhir, jawaban yang diberikan oleh pihak manajemen rumah sakit dengan tuntutan keluarga korban belum mencapai titik temu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement