Jumat 22 Jul 2016 14:39 WIB

Kisah Ahok Dalam Survei: Teratas karena Masih Sendirian!

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok meninggalkan gedung Bareskrim Mabes Polri usai menjalani pemeriksaan di Jakarta, Selasa (21/6).
Foto:
DUKUNG PILKADA JUJUR. Beberapa warga menggunakan topeng bergambar pasangan Cagub dan Cawagub Gubernur DKI Jakarta, Jokowi-Ahok dan Foke-Nara ketika melakukan aksi dukung Pilgub DKI yang bersih dan jujur di Solo, Jateng, Senin (17/9).

Terkait banyaknya survei, termasuk survei SRMC yang mengatakan bahwa 87 persen pemilih PDI Perjuangan akan memilih  Ahok, Siti tidak mempercayainya. Dirinya mengaku sangat selektif dengan hasil-hasil survei yang dipublikasikan karena kebanyakan hanya merupakan upaya memengaruhi opini publik itu sendiri.

“Sejak 2008 saya tidak percaya survei begitu saja karena banyak survei pesanan. Kalau sekarang dikatakan Ahok nomor satu, yah,  jelas saja karena memang belum ada lawan yang sudah mendeklarasikan diri dan mendapat cukup dukungan partai. Kalau mau hasil survei benar, maka seharusnya calon itu seimbang, sama-sama punya dukungan partai, dikontestasikan, baru disurvei. Lah, ini belum ada lawan kok disurvei? Ya jelas menang, wong belum apa-apa sudah  dilakukan penilaian,” tegasnya.

Dia mengatakan, semua lembaga survei hendaknya mengutamakan kejujuran ketika hendak mengumumkan hasil survei pilkada ke publik. Bila ada yang menjadi tim sukses seorang calon maka hendaknya hasil survei itu tak usah dipublikasikan dan cukup hasil survei yang dipunyainya menjadi bahan evaluasi calon peserta pilkada yang didukungnya.

''Jadi lembaga yang akan mengumumkan hasil survei pilkada jelaskan dulu posisinya, apakah dia tim sukses atau bukan. Kalau ternyata tim sukses, ya jangan umumkan ke publik, sebab akan melakukan pembohongan publik. Itu saran saya,'' katanya.

Siti sendiri yakin bahwa jika PDI Perjuangan mengusung kadernya sendiri, seperti Jarot atau Risma, PDIP akan lebih mendapatkan dukungan karena resistensi terhadap mereka sangat kecil. Risma terutama, menurut Siti, yang dikenal sebagai pemimpin lugas dan jujur serta mampu mengeksekusi kebijakan tanpa harus ribut dengan lembaga-lembaga lainnya.

”Kalau survei di Surabaya Risma dijagokan, ya wajar karena memang tidak ada lawan dan Risma tidak memiliki resistensi seperti halnya Ahok di Jakarta. Sama seperti survei Bupati Banyuwangi Azwar Anas, juga seperti survei Risma,” imbuhnya.

Ditanyakan mengenai faktor SARA yang bisa dimainkan terhadap Ahok, Siti menilai isu SARA di mana pun di dunia ini, termasuk di negara maju seperti Amerika Serikat sekalipun, adalah hal yang alamiah. Isu SARA selalu dijadikan komoditas dan digunakan oleh pihak mana pun.

“Di AS saja, Donald Trump memainkan isu anti-Islam dan anti-imigran karena dia berpikir bisa menarik dukungan kaum kulit putih. Itu dijadikan komoditas. Nah, di Indonesia, isu ini tidak begitu bisa dimainkan karena ada Bhinneka Tunggal Ika. Namun, karena sikap dan perilaku Ahok yang selalu menuai perlawanan dan Ahok tampaknya memang berinvestasi di hal-hal yang sangat sensitif, maka isu SARA kembali akan dimainkan. Tingkah laku Ahok akan jadi bumerang sendiri untuk dirinya,” ujar profesor riset ini lagi.

Sikap PDI Perjuangan yang menurut dia akan menolak Ahok, menurut Siti, tentunya berbeda dengan sikap Partai Golkar yang meski memiliki kader-kader yang kuat tetapi tetap mendukung Ahok yang nonkader.

“PDI Perjuangan itu pemenang pemilu berbeda dengan Golkar. PDIP dengan jumlah kursi 28 dari 22 kursi yang disyaratkan tentunya mampu mengusung sendiri calonnya sama seperti PKS di zaman dulu. Partai pemenang tentunya juga memiliki obsesi untuk mengusung calonnya sendiri,” tandasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement