REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Psikolog Rumah Sakit St Elisabeth Semarang, Jawa Tengah, Probowatie Tjondronegoro mengatakan, kunci agar tidak terjangkit demam permainan Pokemon Go adalah pengendalian diri.
"Pokemon Go itu kan bagian dari teknologi yang menjadi mode. Memang tidak bisa dihindari, namun bisa dikendalikan. Pengendalian bisa dari eksternal dan internal," katanya di Semarang, Selasa (19/7).
Belakangan ini, demam permainan berbasis aplikasi Pokemon Go yang dimainkan secara online menggunakan telepon selular mulai terjadi di berbagai daerah, salah satunya di Kota Semarang. Menurut Probowatie, pengendalian secara eksternal biasanya dilakukan oleh institusi atau tempat kerja yang melarang jajaran karyawan dan pegawainya untuk memainkan Pokemon Go selama jam kerja.
"Kan sudah beberapa institusi saya lihat menerapkan seperti itu. Itu rem eksternal. Namun, yang paling penting itu rem internal, yakni diri kita sendiri. Bagaimana kita mengendalikan diri," katanya.
Ia menjelaskan, kecenderungan yang terjadi sekarang ini secara tidak sadar justru manusia yang dikendalikan oleh permainan Pokemon Go itu, bukan manusia yang mengendalikan permainan itu. "Bukan Pokemon Go yang memainkan kita, namun justru kita yang seharusnya mengendalikan permainan itu. Jadi, istilah Jawanya 'ngerti wayah' (tahu waktu). Kapan saatnya kita harus berhenti," katanya.
Probowatie menambahkan, banyak juga orang yang tidak tertarik dengan permainan semacam itu. Namun kalau ada orang yang tertarik kemudian kecanduan dengan permainan Pokemon Go sebenarnya manusiawi.
"Saya sendiri sempat mencobanya untuk sekadar tahu. Ternyata ada semacam perasaan senang kalau bisa mengumpulkan banyak (Pokemon). Pokemon itu kan tidak bisa marah. Orang kan jadi suka," katanya.
Namun, kata dia, sudah tidak wajar jika Pokemon Go itu sampai mempengaruhi semangat kerja, termasuk melakukan hal-hal yang tidak masuk akal hanya untuk mendapatkan Pokemon sebanyak-banyaknya. "Tadi ada orang tiba-tiba masuk ke ruang pasien untuk cari Pokemon. Ada juga yang masuk ruang kerja saya. Bahkan, sampai ada yang rela naik ojek untuk berburu Pokemon," kata Kepala Humas RS St Elisabeth Semarang itu.
Maka dari itu, kata Probowatie, kuncinya adalah pengendalian diri agar jangan sampai permainan itu justru mengganggu pekerjaan dan relasi yang sudah dijalinnya, baik hubungan pribadi maupun sosial.