Senin 11 Jul 2016 14:12 WIB

Kemenlu Konfirmasi Penyanderaan Tiga WNI

Rep: Gita Amanda/ Red: Angga Indrawan
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri Indonesia mengonfirmasi penyanderaan terbaru tiga Warga Negara Indonesia (WNI) yang diculik dari kapal tunda milik Malaysia. Ketiganya dilaporkan diculik kelompok bersenjata di wilayah perairan Malaysia dan dibawa ke wilayah perairan Filipina Selatan.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan, telah terjadi kasus baru penyanderaan. Tiga orang Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia menjadi korbannya.

"Pada 9 juli sekitar pukul 23.30 waktu setempat telah terjadi perompakan kapal pukat penangkap ikan LLB 113/5/F berbendera Malaysia di perairan Malaysia atau tepatnya disekitar wilayah Velda Sahabat, Lahad Datu, Malaysia," kata Retno kepada wartawan di Kementerian Luar Negeri, di Jakarta, Senin (11/7).

Insiden tersebut menurut Retno, baru dikabarkan kemarin oleh pemilik kapal pada tanggal 10 Juli ke kepolisian Lahad Datu. Kapal dilaporkan disergap oleh speedboat yang dinaikin lima lelaki bersenjata api. Dari tujuh ABK kapal, menurut Retno tiga orang diculik. ketiga orang yang diculik merupakan WNi.

"Penculik membawa sandera ke arah perairan Tawi-Tawi, Filipina Selatan. Konfirmasi kejadian dari kepolisian Malaysia, juga mengkonfirmasi ABK WNI ketiganya memiliki izin kerja resmi di Malaysia," ujar Retno.

Retno menambahkan, kemarin pada 10 Juli, pihak penyandera telah menghubungi pemilik kapal melalui ABK yang disandera. Kelompok pelaku penyanderaan kali ini belum diketahui.

Kementerian luar negeri menurut Retno telah berkoordinasi dengan KBRI Kuala Lumpur, Konsulat RI di Tawaw, KBRI Manila dan Konsulat RI di Davao. Konsulat RI di Tawau menurutnya juga sudah mengirim staf untuk berkoordinasi dengan kepolisian dan pihak kapal.

"Pagi ini saya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri Malaysia dan Filipina untuk meminta perhatian atas kasus baru ini," katanya.

Kejadian ini menurut Retno, sama sekali tak dapat ditoleransi. Oleh karena Retno mengatakan perlu upaya serius dari pemerintah filipina maupun Malysia, dan pemerintah Indonesia siap bekerja sama dalam upaya pembebasan sandera dalam waktu sesingkat mungkin.

"Keselamatan sandera prioritas kita," ujar Retno.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement