Senin 04 Jul 2016 12:55 WIB

Tribute untuk Tim Sapuangin XI

Red: M Akbar
Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Joni Hermawan (ketiga kanan) berbincang dengan GM External Relations PT Shell Indonesia Haviez Gautama (kedua kanan) dan anggota tim ITS Team 2 mobil sapuangin 10 di Kampus ITS, Surabaya, Jawa Timur, Senin (
Foto:

Bukan berprasangka namun logika untuk menghentikan kiprah Sapuangin sangat aneh dalam lomba SEM DWC 2016. Awalnya, tim diperbolehkan ikut inspeksi teknikal dan dinyatakan lolos. Lalu kemudian diperbolehkan mengikuti kualifikasi untuk menentukan apakah bisa mengikuti lomba apakah tidak. Syaratnya adalah harus mampu menempuh 90 persen dari record capaian rata-ratanya saat dulu menjadi juara Asia-Pasific, yaitu 90 persen × 249.8 km/l = 225 km/l.

Saat dicoba sehari sebelumnya, tim Sapuangin sudah berhasil mencapai 183 km/l. Namun belum lagi dicoba untuk tahap akhir, langsung dikeluar vonis melarang ITS untuk ikutserta. Mungkin mereka khawatir juga kalau membiarkan tim 'Bonek' ini terus mencoba, jangan-jangan bisa benar-benar lolos ikut lomba. Mungkin saja.

Yang tidak mereka perhitungkan kemudian adalah kenyataan bahwa dari 5 tim yang mewakili Asia (3 dari Indonesia, yaitu ITS, UI dan UPI, serta masing-masing 1 tim dari Filipina dan Singapura untuk kelas yang berbeda), hanya Singapura saja satu-satunya tim yang dinyatakan lolos lomba. Tim UI dan Filipina tidak punya valid race. Otomatis mereka tidak dapat izin lomba, sementara ITS dilarang.

Karena itu, UPI yang sebenarnya tidak masuk kriteria 90 persen, justru malah diizinkan mengikuti lomba. Selain kepatutan Asia, masa hanya diwakili satu tim saja, boleh jadi juga, mereka tidak menganggap UPI sebagai ancaman. Perhitungan mereka ternyata kembali meleset. UPI ternyata mampu menjungkirbalikkan perkiraan banyak orang dengan menjadi Juara Dunia di Kelas Urban Listrik! Luar biasa, marwah bangsa Indonesia akhirnya tetap terjaga berkat prestasi ini, dan merah-putih pun berkibar di udara Inggris Raya. Bravo!

Sebagai catatan akhir, bagi kami, mengikutkan mahasiswa ITS dalam berbagai ajang lomba di berbagai belahan dunia, bukan sekedar mencari gelar juara belaka. Hal lebih penting sebenarnya adalah proses pembelajaran diri mahasiswa, bagian dari proses pendidikan.

Kami ingin mereka terbentuk menjadi pribadi matang. Salah satunya dengan mengukur kemampuan terhadap koleganya di negeri manapun melalui berbagai perlombaan. Tahun ini saja disamping level nasional, ITS telah mengirim tim ke berbagai negara untuk berkompetisi. Mulai dari Inggris, Belanda, Australia, Jepang dan Amerika Serikat. Semua adalah bagian dari investasi ITS untuk proses pendidikan mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement