Senin 04 Jul 2016 12:55 WIB

Tribute untuk Tim Sapuangin XI

Red: M Akbar
Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Joni Hermawan (ketiga kanan) berbincang dengan GM External Relations PT Shell Indonesia Haviez Gautama (kedua kanan) dan anggota tim ITS Team 2 mobil sapuangin 10 di Kampus ITS, Surabaya, Jawa Timur, Senin (
Foto:

Alasan yang digunakan ini persis sama dengan alasan yang sempat mereka sampaikan ketika tim tidak diperbolehkan membongkar peti pascakebakaran yang lalu. Namun kemudian mereka memperbolehkannya setelah melihat anak-anak anggota tim menunjukkan kegigihan dengan membuat prototype mobil baru. Boleh jadi sekedar basa-basi, toh waktu yang tersisa sudah sangat singkat sehingga hampir tidak mungkin membuat mobil baru.

Di luar perkiraan, ternyata Tim Sapuangin benar-benar mampu membangun kembali mobil baru dengan blok mesin yang lama dalam waktu dua hari. Hebatnya lagi, lolos inspeksi teknikal dan bahkan sudah bisa berlari dengan kecepatan yang berangsur mendekati kinerja semula dan valid!

Direktur pertandingan dari SEM Eropa yang melarang Sapuangin ITS adalah Norman Koch. Ia menjadi orang yang sama saat mempermasalahkan Sapuangin ITS untuk dapat mengikuti lomba sehingga nyaris tidak menjadi Juara Asia Pasific di Manila beberapa bulan yang lalu. Saat itu, tim dituduh menggunakan ban ilegal sehingga capaian Sapuangin yang mendekati 300 km/l dinyatakan tidak sah.

Terus terang Tim Sapuangin hampir saja jatuh mental karena 'provokasi' ini. Maklum saja sejauh itu tidak ada aturan tertulis tentang masalah ban sebelumnya. Karena itulah mereka lalu melakukan banding sehingga diperbolehkan mengulang lomba. Tentunya dengan syarat, Sapuangin harus mengganti keempat ban dengan ban baru yang mereka anggap legal.

Dengan dongkol tim berusaha ke sana-sini mencari ban pengganti. Mereka ini hanya mempunyai 2 ban cadangan, itupun ban bekas ex Solar Car ITS yang diikutkan dalam lomba di Australia bulan sebelumnya. Beruntung tim ITB yang sudah gugur saat itu bersedia meminjamkan dua ban sehingga genaplah keempat ban Sapuangin diganti. Indahnya kebersamaan ya. Mungkin inilah solidarity forever-nya anak-anak mesin yang selalu digembar-gemborkan selama ini. Akhirnya seperti yang sudah diketahui, jadilah Sapuangin ITS meraih Juara Asia Pasific untuk Kelas Urban Diesel.

Patut dicatat juga adalah capaian rata-rata para juara benua yang tampil di DWC 2016 ini, ternyata semua masih di bawah Sapuangin. Misalnya dari Juara SEM Eropa yaitu 249.2 km/l, lalu juara Amerika rata-rata hanya 225 km/l. Sementara Tim ITS rata-ratanya mampu mencapai 249.8 km/l. Sehingga apakah potensi besar ini yang membuat Tim Eropa 'rese' sehingga mereka terus mencari hal agar menyisihkan Sapuangin? Wallahualam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement