Ahad 03 Jul 2016 19:07 WIB

Kisah Pak Kumis Warisno Bermudik Ratusan Kilometer dengan Sepeda

Rep: Fuji E Permana/ Red: M.Iqbal
Warisno alias Kumis (46 tahun) mengayuh sepedanya saat melintasi Kecamatan Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (2/7), untuk mudik ke Kebumen.(Republika/Fuji E Permana)
Warisno alias Kumis (46 tahun) mengayuh sepedanya saat melintasi Kecamatan Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (2/7), untuk mudik ke Kebumen.(Republika/Fuji E Permana)

REPUBLIKA.CO.ID,Shalat Shubuh baru saja pungkas. Namun, Warisno (46 tahun) sudah beraktivitas. Pria yang dikenal dengan sebutan Pak Kumis tersebut sepedanya.

Sekitar pukul 05.30 WIB, kayuhan pertama dimulai dari Jalan Mohamad Toha, kilometer dua, Bandung, Jawa Barat. Di belakang sepedanya terdapat kardus yang dibungkus rapi. Di atasnya berkibar bendera merah putih.

Pak Kumis hanya mengenakan kaos lengan panjang berwarna merah dengan celana pendek serta sepatu biasa. Hanya dengan perlengkapan ala kadarnya, dia mengayuh sepeda ratusan kilometer dari Bandung. Pak Kumis mengatakan, di dalam kardus yang diikat dan dibungkus dibagian belakang sepeda, ada sebuah helm pesanan anaknya.

Selain itu ada sedikit makanan ringan sebagai buah tangan untuk keluarga di kampung halaman. Hal yang luar biasa dari pria berusia 46 tahun ini, dia memilih jalur selatan Jawa Barat (Jabar) sebagai rute mudiknya. Seperti diketahui, jalur selatan Jabar konturnya naik, turun, dan berkelok-kelok.

Selain itu, yang sangat menghawatirkan, jalannya sempit dan banyak mobil-mobil besar berseliweran. Apa yang ada dipikiran Pak Kumis, pria yang bekerja di sebuah perusahaan tekstil di Bandung sangat sederhana. Pak Kumis mengatakan, mudik hanya terjadi sekali dalam setahun.

Momen ini sangat menggembirakan baginya. Sebab, setelah lama berpisah dengan anak dan istri, Insya Allah mereka bisa berkumpul saat Lebaran. Terkait alasannya menggunakan sepeda untuk mudik, Pak Kumis mengaku hal tersebut dilakukannya sebagai jalan untuk mencari kesenangan.

Sebab, bersepeda sudah menjadi hobinya sejak kecil. Bahkan di rumahnya, Pak Kumis mempunyai sebuah sepeda tua warisan dari almarhum ayahnya. "Mudik pakai sepeda senang, setahun sekali seperti ini, ini mudik kedua saya pakai sepeda," kata Pak Kumis kepada //Republika//, Sabtu (7/3) sore, saat melintasi Kabupaten Tasikmalaya.

Pak Kumis sampai di Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya sekitar pukul 16.00 WIB. Kurang lebih telah sepuluh jam dia mengayuh sepeda melintasi Tanjakan Nagreg, Bandung. Kemudian memasuki Kabupaten Garut melewati Limbangan dan Malangbong yang kontur jalannya naik, turun serta berkelok-kelok.

Setelah melewati Malangbong dan memasuki Kabupaten Tasikmalaya, tunggangan Pak Kumis menuruni Tanjakan Gentong yang terkenal dengan tikungan serta kecuramannya. Selanjutnya dia menuju Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, kemudian memasuki wilayah Jawa Tengah menuju Kebumen.

Pak Kumis tinggal di sebuah desa di Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Anak dan istrinya menanti kedatangan Pak Kumis. Mereka pun mendukung hobinyabersepeda.

Doa dan dukungan dari anak dan istri membuat Pak Kumis semakin bahagia saat mengayuh sepeda. "Kalau dari Bandung menuju Kebumen sekitar 300 kilometer jaraknya. Tapi rumah saya di desa, jadi kurang lebih jaraknya segitu," ujarnya. Lebaran tahun lalu dia sampai ke rumah menjelang subuh.

Mudik tahun ini pun Pak Kumis memperkirakan sampai di rumah pada Ahad (3/7) pagi sekitar pukul 04.00 WIB. Namun, Pak Kumis mengaku tidak menargetkan harus sampai pukul berapa di rumah. Setiap kayuhan sepeda dan perjalanan dinikmatinya.

Pak Kumis mengaku, tidak ada beban karena tidak ada target. Jika cuaca hujan atau pun jalan licin, dia akan istirahat.

Perjalannya ditentukan kondisi medan seperti apa yang dihadapi.

Menghadapi medan seperti apa pun Pak Kumis tidak akan mengeluh. Sebab, mudik menggunakan sepeda merupakan pilihannya untuk mencari kesenangan di dalam hobinya. Pak Kumis menjelaskan, rasa takut terhadap mobil-mobil besar selalu ada.

Karenanya dia berpesan agar semua kendaraan mematuhi aturan lalu lintas. Sebaiknya tidak memacu kendaraan terlalu kencang di jalan umum. "Para pengendara sama-sama ingin selamat dan sampai tujuan, semua pengendara harus sama-sama hati-hati lah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement