REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Restorasi Gambut segera memfinalisasi peta indikatif restorasi gambut skala 1:250.000. Peta ini difinalisasi setelah mendapatkan masukan publik dari peta indikatif yang sudah ada di pemerintah dan pihak lain. Pada maksimal akhir Juli, peta versi definitif sudah ada dan akan digunakan untuk pemetaan detil.
"Sudah tiga minggu kita mendapatkan masukan dari 32 sumber. Ada yang hanya pernyataan, ada yang substansi," kata Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead, Jumat (1/7).
Menurut dia, ada 14 macam kategori tematik yang ditanyakan atau diberikan masukan. Semua masukan segera dibahas tim pemetaan yang telah dibentuk BRG yang beranggotakan Badan Informasi Geospasial (BIG), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), akademisi dan kelompok ahli dari sejumlah perguruan tinggi, Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN).
Hasil diskusi dengan tim teknis ini, menurut dia, akan dirapatkan BRG bersama KLHK dan Kementan untuk dijadikan peta rujukan. Ia mengatakan peta indikatif restorasi gambut menggunakan peta Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG), sebaran gambut dari berbagai sumber, tutupan hutan, kebakaran gambut, dan keberadaan kanal. BRG menggunakan peta baik dari KLHK, Kemtan, dan berbagai lembaga lainnya.
Ia menegaskan BRG membuka diri kepada para pemilik lahan untuk mengajukan data mereka. Selanjutnya, BRG akan turun ke lapangan melakukan verifikasi. Selanjutnya BRG menargetkan menyesaikan peta indikatif restorasi gambut skala 1:50 ribu dan 1:2.500 hingga akhir 2016. Peta-peta lebih detil tersebut dibutuhkan untuk kawasan-kawasan empat KHG seluas 840 ribu hektare (ha) di empat kabupaten yang menjadi prioritas.