Sabtu 02 Jul 2016 12:55 WIB

Nabi, Madinah dan Pemakaman Baqi

Firdaus Memorial Park.
Foto: Sinergi Foundation
Firdaus Memorial Park.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asep Irawan, Direktur WakafPro 99 – Sinergi Foundation (Pengelola Taman Wakaf Pemakaman Muslim Firdaus Memorial Park)

Madinah benar-benar menjadi Al Munawwarah (yang bercahaya) ketika Islam datang. Cahaya Islam benar-benar merasuki setiap rumah-rumah, masuk ke balik dinding, merasuk ke relung hati tiap penduduknya. Para kepala suku menyatakan keislamannya. Sang Nabi pun tiba di sana, dan membuat kota itu menjadi Kota Nabi, tempat sang Rasul mengatur urusan negara dan agama.

Sang Nabi, dengan lembut membangun tatanan masyarakat baru dengan Islam, tak terkecuali ihwal pemakaman.  As’ad Ibn Zurarah, seorang pemuka Madinah itu kini telah tiada. Orang yang hadir dalam Baiat Aqabah itu menjadi sahabat pertama yang wafat setelah kedatangan Sang Nabi.

Rasulullah pun mengajarkan kita, bagaimana Allah mengatur urusan pemakaman. Nabi sendiri yang datang memandikan, mengafani dengan tiga lembar pakaian, hingga mengantarkan jenazah ke sebelah Timur Kota Madinah, beliau turun, dan menguburkan jenazah.

Baqi Al Gharqad, sebuah wilayah yang dipenuhi pohon-pohon Gharqad (berduri). Ditebangnya pepohonan oleh para sahabat. Nabi menguburkan As’ad dan meratakan tanahnya. Nabi tak menembok kuburannya, atau pun membangun bangunan di atasnya, atau meninggikannya lebih dari satu jengkal. Tak ada upacara tabur bunga, atau lainnya. Rasul memerintahkan agar Baqi menjadi wilayah pemakaman khusus umat Islam. Beliau melarang mencampur kuburan orang Islam dan nonIslam.

Tiga puluh purnama berlalu di Kota Nabi. Kini, sahabat muhajirin pertama wafat di kota yang bercahaya itu, Utsman Ibn Mazh’um. Utsman Ibn Mazh’um, sahabat besar yang hijrah ke Habasyah dan ikut berperang dalam perang Badar. Air mata bertumpuk di mata para sahabat, hingga menetes merasa kehilangan sosok pahlawan Badar ini.

Nabi datang mengafani Utsman. Sang Nabi tak dapat menahan tangis harunya, Ia menyingkir sejenak. Sambil menangis Nabi berkata: "Semoga Allah merahmatimu wahai Ayah Saib. Engkau pergi, semua sudah jelas, tak ada yang perlu dikaburkan." Nabi dengan pilu dalam haru ikut mentakbirkannya empat kali dan menguburkannya.

Setelah selesai, beliau meratakan tanah di atas kuburannya dan menyuruh memberi batu. Seorang sahabat bangkit menuju sebongkah batu, tetapi tak kuat membawanya. Nabi pun turun tangan, dibentangkan kedua lengannya, dibawanya batu itu dan ditaruh di atas tanah rata kuburan Utsman lurus dengan posisi kepala.

“Dengan batu ini aku dapat mengenali kuburannya, dan akan dikuburkan di dekat keluargaku yang meninggal,” sabda beliau.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement