Senin 27 Jun 2016 17:03 WIB

Pemprov Babel Gencarkan Pasar Murah Tekan Harga Sembako

Kegiatan pasar murah sembako yang diadakan oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) di delapan daerah di Indonesia.
Foto: Dok PGN
Kegiatan pasar murah sembako yang diadakan oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) di delapan daerah di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggencarkan pasar murah untuk menekan kenaikan harga sembilan bahan kebutuhan pokok menjelang Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah.

"Alhamdulillah, kegiatan pasar murah dalam sepekan terakhir ini dapat menekan kenaikan harga beras, gula pasir, minyak goreng, bawang dan kebutuhan pokok lainnya di pasar tradisional," kata Kasi Pengadaan dan Penyaluran Disperindag Provinsi Kepulauan Babel, Marhoto di Pangkalpinang, Senin.

Ia menjelaskan, kegiatan pasar murah mulai dilaksanakan pada Senin (20/6) hingga H-2 Lebaran Idul Fitri.

"Kami bekerja sama dengan Bulog, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero), perusahaan BUMN, swasta dan distributor sembako berupaya menekan kenaikan harga sembako ini," ujarnya.

Kegiatan pasar murah sepekan terakhir ini cukup memberikan dampak yang positif dalam menjaga stabilitas harga, misalnya harga beras bertahan normal Rp 11.400 per kilogram.

Harga gula pasir turun menjadi Rp 14.000 dari Rp 15.000 per kilogram, minyak goreng fortune turun Rp 11.000 dari Rp 13.000 per liter, bawang merah turun Rp 35.000 dari Rp 40.000 per kilogram dan bawang putih turun Rp 33.000 dari Rp 35.000 per kilogram.

"Alhamdulillah, masyarakat sangat antusias mengunjungi pasar murah, karena harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan pasaran," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, pihaknya akan terus menggencarkan pasar murah di kabupaten/kota, agar masyarakat mendapatkan harga sembako terjangkau yang tidak membenani perekonomian keluarga masyarakat.

"Kami berharap perusahaan BUMN, swasta dan distributor untuk terus mengelar pasar murah ini, mengingat daya beli masyarakat yang masih melemah karena hasil dan harga komoditas tambang, pertanian dan perkebunan masyarakat yang melemah," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement