Jumat 24 Jun 2016 21:01 WIB

Majelis Pelayan Jakarta: Kami Hanya Gerakan Moral

Rep: Muhyiddin/ Red: Ilham
Majelis Pelayan Jakarta (MPJ) memberikan rekomendasi tujuh bakal calon gubernur DKI Jakarta dari kalangan pemimpin Muslim.
Foto: ist
Majelis Pelayan Jakarta (MPJ) memberikan rekomendasi tujuh bakal calon gubernur DKI Jakarta dari kalangan pemimpin Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Majelis Pelayan Jakarta (MPJ), Ustaz Taufan mengatakan, MPJ hanyalah wadah bagi para masyarakat Muslim dan ulama untuk bersama-sama mendukung kandidat yang baik. MPJ bukan dari partai dan bukan orang-orang yang membenci Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

"Kami bukan tim sukses, kami hanya gerakan moral mengedukasi, masih banyak pemimpin Muslim yang baik, yang bisa pimpin Jakarta, itu lho maksudnya," kata dia dalam acara Silaturahmi Kandidat Dengan Ulama se DKI, Jabar, Banten yang digelar Majelis Pelayan Jakarta (MPJ) di Masjid Sunda Kelapa, Jakpus, Jumat (24/6).

Menurut Ustaz Taufan, MPJ ada berdasarkan keinginan masyarakat akan adanya sosok pemimpin yang baik dan berkualitas. Dalam acara silaturahmi tersebut, MPJ mengundang tujuh bakal calon yang didukungnya, seperti Adhyaksa Dault, Nurdin Abdullah, Sandiaga Salahuddin Uno, Sjafrie Sajmsoeddin, Suyoto atau Kang Yoto, dan Yusril Ihza Mahendra. Namun, hanya dua orang yang hadir, yaitu Adhyaksa dan Kang Yoto.

"Kami di sini untuk bersama-sama menyamakan persepsi, lalu memberikan pelurusan arti demokrasi yang santun, dan memberikan dukungan pada salah satu alternativ kandidat yang baik, itu yang nanti akan maju," kata dia.

Kang Yoto sebagai salah satu Kandidat Bakal Calon Gubernur DKI yang didukung MPJ mempercayai bahwa antara jabatan, rezki, pujian, dan cinta itu tak bisa diungkap dan tak bisa dimiliki selamanya. Karena, kata dia, itu semua hanya milik Allah sehingga manusia hanya memiliki tugas untuk membuat sebab.

"Salah satu sebab orang jadi pemimpin, itu harus dicintai, dan sebab dicintai karena dia memberikan manfaat pada orang," kata Kang Yoyo.

Hal ini terbukti saat Kang Yoto maju menjadi Bupati Bojonegoro. Saat itu, dia tak masuk dalam kandidat survei yang diunggulkan. Namun buktinya berhasil menjadi bupati sampai saat ini. Hal dilakukan karena dia menggunakan jalur cinta.

"Jalur cinta cuma dua, memberikan manfaat dan menarik perilakunya. Sebab, sesuatu yang berlebihan, baik tutur kata, dan perilaku itu tidak disukai Allah," jelasnya.

"Makanya, saya dukung MPJ ini agar mendorong semua calon kandidat Gubernur DKI Jakarta untuk memberikan manfaat pada DKI dan menarik perilakunya," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement