Rabu 22 Jun 2016 21:04 WIB

Mbah Siti di Antara Tali Mendong Penyambung Hidup

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ilham
Tali Mendong (Ilustrasi)
Foto: Google
Tali Mendong (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Selama ini kita mengenal rumput mendong sebagai bahan baku kerajinan yang sangat diminati masyarakat. Harga kerajinan mendong pun bervariasi mulai puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Namun di balik indahnya kerajinan mendong, pemintal tali mendong dibayar dengan upah yang sangat minim.

Mbah Siti adalah seorang buruh pemintal tali dari rumput mendong di Dusun Ngandeng Desa Dawuhan Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Hari-harinya dihabiskan di depan alat pemintal yang ia sebut sekiran. Untuk satu gulung tali mendong seberat satu kilogram, ia hanya memperoleh upah Rp 2.500.

Dengan kekuatan yang tak lagi utuh, nenek berusia 75 tahun ini baru dapat menyelesaikan satu kilogram tali mendong dalam waktu dua hari. Setiap dua hari sekali ia mengantar tali mendong hasil pintalannya ke juragan yang tak jauh dari rumahnya.

Tangannya yang keriput dengan telaten memintal helai demi helai rumput mendong untuk dibuat tali. Mbah Siti mengatakan, pekerjaan sebagai pemintal mendong ia lakoni sejak lima tahun yang lalu. "Tidak ada pekerjaan lain yang bisa dikerjakan, jadi buruh tani juga tidak sekuat dulu lagi," katanya saat berbincang dengan Republika.co.id, Rabu (22/6).

Mbah Siti hidup sendirian di rumahnya yang sederhana. Dinding rumahnya masih berupa batu bata yang belum dipoles. Lantai rumahnya pun masih berupa lapisan semen yang kasar. Rumah itu dipenuhi rumput-rumput mendong yang siap untuk dipintal.

Keempat anaknya sudah berkeluarga dan hanya sesekali datang berkunjung. Untuk hidup sehari-hari, Mbah Siti mengandalkan jatah raskin. "Bayar Rp 10 ribu nanti dapat empat kilogram beras," katanya sembari terus memintal. Beras jatah itu ia dapatkan dua pekan sekali.

Meski hidup penuh keterbatasan, Mbah Siti selalu bersemangat dan tidak pernah putus asa. Di usianya yang sudah menginjak kepala tujuh, ia tak tampak pikun sedikit pun. Justru sebaliknya ia masih gesit bergerak dan bercengkerama dengan tetangga-tetangganya.

Tak terbersit sedikitpun di pikirannya untuk hidup sebagai pengemis dan meminta-minta. Baginya, bisa hidup sehat dan mandiri di usia senja adalah anugerah yang luar biasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement