Rabu 22 Jun 2016 15:00 WIB

Guru dan Ortu Diminta Terapkan Pendekatan Emosional

Rep: Binti Solikhah/ Red: Indira Rezkisari
Wali kota Surabaya Tri Rismaharini saat menjalani sidang di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Rabu (8/6). (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Wali kota Surabaya Tri Rismaharini saat menjalani sidang di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Rabu (8/6). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengimbau kepada guru dan orangtua untuk menerapkan pendekatan emosional kepada anak untuk mencegah kenakalan sejak dini. Menurut Risma, sapaan akrabnya, anak-anak di Surabaya tidak hanya membutuhkan pembekalan kemampuan intelektualitas.

Risma menekankan pentingnya pendekatan emosional seperti sentuhan kasih sayang dan empati dalam pengasuhan anak. Sebab, pengasuhan anak yang salah dikhawatirkan akan berakibat pada meningkatnya kenakalan usia remaja.

“Ini gerakan bersama. Anak-anak kita bukan hanya dibekali intelektual. Kalau itu saja, mereka bisa menjadi orang jahat. Harus dibekali kasih sayang dan juga empati. Ini penting untuk membentuk karakter anak,” jelas Risma saat menghadiri Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual (GN-Aksa) di Graha Sawunggaling Pemkot Surabaya, Rabu (22/6).

Pesan Risma tersebut disampaikan kepada sekitar 300 guru SMP se-Surabaya bagian barat yang ikut hadir di acara tersebut. Pemkot Surabaya gencar melakukan GN Aksa untuk menanggulangi kejahatan seksual anak. GN Aksa tersebut, kata Risma, diharapkan mempunyai daya tangkal lebih kuat terhadap kejahatan seksual di Kota Surabaya.

Risma meminta para guru, orangtua, lurah, hingga ketua RT untuk memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap tumbuh kembang anak. Para orangtua dan guru diminta lebih sering berkomunikasi dengan anak. Sebab, tantangan yang dihadapi generasi sekarang berbeda dengan tantangan yang dihadapi para guru dan orangtua mereka. Salah satunya, banyaknya kasus kejahatan seksual terhadap anak dan remaja.

“Saya nanti juga akan bertemu dengan ketua RT/RW untuk penangkalan kejahatan seksual ini. Saya akan lakukan dengan anak-anak, psikolog, BNN dan karang taruna,” imbuh Risma.

Kegiatan GN Aksa telah digalakkan di Surabaya sejak 2015. Kegiatan ini akan terus berlanjut dengan melibatkan para orangtua, guru, lurah, ketua RT dan ketua RW. Sebelumnya, Pemkot Surabaya mengundang kader Bina Keluarga Bahagia (BKB) se-Kota Surabaya.

Acara tersebut juga dihadiri psikiater sekaligus konsultan RSUD Dr Soetomo, Nalini Muhdi. Ia membenarkan situasi yang dihadapi anak-anak saat ini jauh lebih berat dibandingkan anak-anak zaman dahulu. Anak-anak, kata dia, seperti kehilangan kebahagiaan karena banyaknya kewajiban yang harus diselesaikan. Ia mencontohkan di negara-negara maju, pengajaran kepada anak lebih ditekankan pada kognitif yang mementingkan proses belajar ketimbang hasil.

“Di negara maju, guru pendidikan dasar itu justru profesor dan guru senior. Anak-anak diajari kognitif seperti antre di tempat umur, untuk menumbuhkan kesadaran agar sabar menunggu dan tidak mengambil hak orang lain,” ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement