Selasa 21 Jun 2016 07:55 WIB

Keteladanan Orang Tua dalam Pendidikan Anak

Red: M Akbar
Ilham Tirta
Foto:

Banyak hal yang bisa dilakukan orang tua dalam memberikan teladan kepada putra-putrinya. Sahabat Rasulullah Saw, Ali bin Abi Thalib Ra merumuskan tiga tahap dalam memperlakukan anak.

Pertama, perlakukanlah anak sebagai raja hingga mereka berumur tujuh tahun. Hal kecil yang dilakukan orang tua setiap hari akan berdampak sangat baik bagi perkembangan perilaku anak. Bila orang tua langsung menjawab dan menghampirinya saat anak memanggil maka ia akan langsung menjawab dan menghampiri ketika ibu atau bapaknya memanggil.

Saat orang tua berusaha keras menahan emosi di saat anak melakukan kesalahan sebesar apapun, ia akan mampu menahan emosinya ketika adik atau temannya melakukan kesalahan padanya. Bila orang tua sekuat tenaga melayani dan menyenangkan hati anak yang belum berusia tujuh tahun, Insya Allah anak akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan, perhatian, dan bertanggung jawab.

Tahap kedua adalah memperlakukan anak usia 8-14 tahun sebagai ‘tawanan’. Tentu saja, tawanan yang dimaksud bukanlah memenjarakan anak dalam kamar berjeruji. Anak tetap mendapatkan haknya secara proporsional, namun dikenakan berbagai larangan dan kewajiban. Sebab, usia ini adalah usia yang tepat bagi seorang anak untuk diberikan hak dan kewajiban tertentu.

Ketika anak beranjak usia 10 tahun, orang tua dibolehkan menghukum anaknya dengan hukuman seperlunya ketika mereka tidak melakukan kewajibannya, seperti meninggalkan shalat. Karena itu, rentan usia ini sangat tepat dan pas bagi anak-anak untuk diperkenalkan dan diajarkan tentang hukum dan nilai agama, baik yang diwajibkan maupun yang dilarang, seperti shalat wajib lima waktu, memakai pakaian yang bersih dan rapi serta menutup aurat.

Anak juga sudah bisa diimbau untuk menjaga pergaulan dengan lawan jenisnya, membiasakan membaca Alquran, membantu pekerjaan rumah tangga yang mudah dikerjakan oleh anak susianya, dan menerapkan kedisiplinan. Namun orang tua harus tetap ingat, perlakuan pada setiap anak tidak harus sama karena every child is unique (setiap anak itu unik).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement