Kamis 16 Jun 2016 18:36 WIB

Disinyalir Ada Oknum yang Mengeksploitasi Anak Jadi Pengemis

Gelandangan dan pengemis.   (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Gelandangan dan pengemis. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Ketua DPRD Sulawesi Utara, Abdurrahman Shaleh meminta Dinas Sosial setempat peka menanggapi kemungkinan ada oknum yang memperalat pengemis berusia dini dan lanjut usia di persimpangan jalan raya dan rumah ibadah.

Abdurrahman mengatakan, keberadaan anak pengemis dan orang tua lanjut usia perlu disikapi serius. Sebab ditengarai diorganisasikan oknum tertentu.

"Mungkin keberadaan mereka di sekitar lampu pengatur lalu lintas untuk mengemis bukan semata-mata keterpaksaan memenuhi kebutuhan hidup tetapi bisa saja diperalat oleh seseorang atau kelompok tertentu," kata politikus PAN tersebut di Kendari, Kamis (16/6).

Fenomena pengemis dari kalangan anak usia dini membutuhkan perhatian serius dari negara, karena keberadaan mereka mengganggu kenyamanan orang lain. "Ada yang berpendapat bahwa keberadaan pengemis adalah dinamika kehidupan dalam wilayah perkotaan tetapi tidak positif baik bagi pengemis maupun pemerintah," katanya.

Karena itu, Dinsos selaku instansi yang relevan menangani masalah sosial harus proaktif menangani komunitas pengemis di jalanan. Pengamat sosial kemasyarakatan Siti Murni mengatakan, praktik mengemis yang dipertontonkan anak usia dini mengisyaratkan kemiskinan itu masih ada.

"Idealnya program pemerintah memberantas kemiskinan tidak hanya menjadi ilusi tetapi menjadi kenyataan," katanya.

Artinya, anak usia dini dan orang tua lanjut usia tidak lagi berdiri di lampu pengatur lalulintas atau sekitar rumah ibadah untuk mengemis. Namun, yang paling prinsip dari keberadaan anak dan orang tua lanjut usia sebagai pengemis adalah sinyalemen adanya oknum yang mengeksploitasi mereka.

"Mungkin keberadaan mereka sebagai pengemis bukan semata-mata tekanan ekonomi, tetapi karena dimanfaatkan oleh oknum," katanya.

Informasi yang dihimpun menyebutkan anak terlantar dalam binaan panti sosial diberikan biaya Rp 20 ribu per orang per hari dengan perhitungan tiga kali makan (pagi, siang dan malam), sementara untuk biaya transportasi ke sekolah diberikan sebesar Rp 3.000 orang per hari.

Ada juga yang dibina dengan berbagai keterampilan, antara lain, menjahit, tata rias dan tukang kayu yang jumlahnya hanya mencapai belasan orang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement