Sabtu 11 Jun 2016 22:43 WIB

'Perubahan Iklim akan Mempercepat Kiamat'

 Perubahan Iklim
Foto: Reuters
Perubahan Iklim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia saat ini dinilai sedang mengalami darurat iklim akibat perubahan yang mengancam seluruh makhluk hidup di atas bumi.

"Perubahan iklim akan mempercepat kiamat," kata Ketua Yayasan Peduli Bumi Indonesia (YPBI) Ananda Mustajab Latif kepada ratusan peserta Pesantren Kilat Ramadhan Kepemimpinan Pemuda se-Jabodetabek di Cibubur, Jakarta, Sabtu (11/6).

Ananda menjelaskan perubahan iklim merupakan perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia selama periode waktu yang panjang, biasanya berpuluh-puluh tahun atau lebih. Ia mengatakan suhu rata rata bumi secara perlahan mengalami peningkatan selama 100 tahun terakhir Perubahan iklim tidak berlangsung dengan cara yang sama di setiap tempat.

"Di Rusia, misalnya, terjadi penurunan suhu hingga puluhan derajat di bawah nol sedangkan di India tahun lalu terjadi panas hingga di atas 45 derajat celcius," katanya.

Dikatakan dia, pencemaran lingkungan telah membuat es di kutub utara mencair dan gunung-gunung es berubah menjadi daratan. Kutub es yang mencair telah menyebabkan bencana banjir besar di belahan bumi yang lain dan menyebabkan panas tinggi akibat pencairan es tersebut

"Diperkirakan pada tahun 2030 terjadi kekurangan air di muka bumi. Manusia akan saling merebut air," katanya.

Perubahan iklim, menurut Ananda, menyebabkan peningkatan suhu global, perubahan cuaca hujan, mencairnya lapisan es di kutub dan tutupan salju yang berkurang, cuaca ekstrem yang bersifat anomali lebih sering terjadi, dan kenaikan permukaan laut. Berbagai daerah di Indonesia pun mengalami cuaca ekstrem bahkan bencana akibat dari perubahan iklim.

Oleh karena itu, kata Ananda, pemuda harus memiliki kesadaran dan kepedulian yang tinggi untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Solusi menghadapi perubahan iklim bisa dilakukan dengan perencanaan penduduk, penggunaan energi terbarukan, pelestarian hutan, pertanian dan peternakan organik, dan menekan emisi CO2 (jejak karbon). Sementara aksi bersama yang bisa dilakukan adalah menggunakan listrik dengan bijak, matikan bila tidak perlu; membuang sampah pada tempatnya; menggunakan kendaraan pribadi seefisien mungkin dalam menggunakan BBM.

Lalu menanam pohon atau memulai menanam tanaman organik di rumah dengan pot kecil; menggunakan bahan plastik dengan bijak yang memiliki sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI); memberikan informasi dan membangkitkan kesadaran untuk mulai menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement