Jumat 10 Jun 2016 13:58 WIB

Menpupera Resmikan Flyover Teknologi Modern Pertama di Indonesia

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Bilal Ramadhan
Bersama para pejabat lainnya, Menteri PUPR Basuki Hadimujono mencoba beton teknologi Mortar Busa yang mengambang di air pada Ground Breaking Fly Over atau Jembatan Layang Antapani, Kota Bandung, Jumat (10/6). (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Bersama para pejabat lainnya, Menteri PUPR Basuki Hadimujono mencoba beton teknologi Mortar Busa yang mengambang di air pada Ground Breaking Fly Over atau Jembatan Layang Antapani, Kota Bandung, Jumat (10/6). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Menpupera) Basuki Hadimuljono meresmikan proyek pembangunan jembatan layang (flyover) Antapani, Kota Bandung pada Jumat (10/6).

Bersama Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Basuki resmi menggelar groundbreaking  sebagai tanda dimulainya pembangunan flyover Antapani.

Pembangunan flyover ini merupakan proyek kerjasama antara Kemenpupera dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dan Posco Steel Korea. Dengan menganggarkan biaya sebesar Rp 33,5 miliar yang dibagi Rp 21,5 miliar dari Kemenpupera dan Rp 10 miliar dari Pemkot Bandung serta Rp 2 miliar dari perusahaan Posco Steel Korea.

Basuki mengatakan proyek ini merupakan bentuk inovasi dalam membangun kota metropolitan. Di mana yang menjadi permasalahan utama yakni kemacetan. Tak seperti proyek flyover pada umumnya, Basuki menyebutkan proyek kali ini menggunakan teknologi dari Korea yang diklaim lebih efisien. Baik waktu dan biaya.

"Dengan inovasi ini kita akan mencapai kemajuan, ini memang menjadi program kita semua khususnya dorongan dari Wakil Presiden, kemarin saya lapor tindak lanjut dari arahan beliau untuk menfaatkan baja sebagai satu komponen pembangunan pengerjaan infrastruktur," kata Basuki dalam sambutannya di lokasi groundbreaking flyover Antapani.

Ia menyebutkan pembangunan flyover Antapani ini merupakan yang pertama di Indonesia menggunakan teknologi struktur baja bergelombang. Dengan teknologi yang dikombinasi mortar busa punya beberapa keunggulan seperti waktu tempuh pengerjaan kontruksi jembatan yang lebih cepat 50 persen dibandingkan dengan pembangunan jembatan layang dengan struktur beton bertulang.

"Dari sisi biaya juga lebih efisien. Efisiensinya  sekitar 60-70 persen jika dibamdingkan dehgan peembuata jembatab latang dengan  dengan struktur beton bertulang.

Basuki berharap teknologi ini ke depannya dapat diaplikasikan untuk pembangunan proyek infrastruktur lainnya di seluruh Indonesia. Sehingga permasalahan-permasalahan infrastruktur terutama soal kemacetan dapat terselesaikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement