Jumat 03 Jun 2016 15:45 WIB

Usai Longmarch, Ormas Antikomunisme Satroni Menteri Luhut

Red: M Akbar
Menko Polhukam Luhut Pandjaitan memberikan keterangan pers di Kantor Menko Polhukam, Jakarta, Senin (25/4). (Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Menko Polhukam Luhut Pandjaitan memberikan keterangan pers di Kantor Menko Polhukam, Jakarta, Senin (25/4). (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pimpinan organisasi masyarakat yang menyelenggarakan simposium nasional antikomunisme menemui Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan usai melakukan "longmarch" dari Masjid Istiqlal hingga Istana Negara.

Para pimpinan ormas seperti Habib Rizieq Syihab (Ketua Front Pembela Islam), Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen, Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri, dan sejumlah tokoh lainnya tersebut memasuki kantor Menkopolhukam di jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (3/6) sore.

Berdasarkan informasi yang diterima Antara, pimpinan ormas tersebut mendatangi Menkopolhukam karena tidak ada pihak perwakilan dari Istana Negara yang mau menemui demonstran yang diperkirakan mencapai ribuan orang itu.

Belum diketahui agenda apa yang akan disampaikan ormas-ormas tersebut kepada Menteri Luhut, mengingat masih adanya agenda rapat koordinasi dengan sejumlah menteri dan pejabat pemerintahan dalam waktu yang bersamaan.

Sebelumnya, ormas yang tergabung dalam gerakan antikomunisme menyelenggarakan simposium nasional bertajuk "Mengamankan Pancasila Dari Ancaman Kebangkitan PKI dan Ideologi Lain".

Simposium yang berlangsung di gedung Balai Kartini Jakarta pada tanggal 1-2 Juni 2016 itu merupakan acara tandingan dari simposium 65 yang telah dilaksanakan beberapa waktu lalu di Hotel Arya Duta, yang dinilai memfasilitasi munculnya kembali paham komunisme di Indonesia.

Ormas yang terlibat dalam agenda tersebut antara lain FPI, FKPPI, Pemuda Pancasila, GP Ansor, HMPI, HMI, Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia, GPII, Pemuda Panca Marga, serta dihadiri sejumlah purnawirawan TNI, akademisi, dan saksi sejarah yang pernah terlibat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement