REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Solahudin, mengatakan sumber dana untuk aksi terorisme di Indonesia tidak hanya berasal dari luar negeri.
"Mereka tidak tergantung pendanaan dari luar (negeri) saja, taoi juga banyak donatur lain," kata Solahudin dalam acara bertajuk Penguatan Perspektif Korban Dalam Peliputan Isu Terorisme Bagi Insan Media, di Jakarta, Kamis (26/5).
Menurut dia, banyak kaum muhsinin (orang-orang kaya) yang bersimpati pada pergerakan mereka dan bersedia mendanai kegiatan para jihadis. "Ada dokter di Banten yang membiayai operasi pelatihan militer di Aceh, ada juga pengusaha Bekasi menyumbangkan Rp200 juta untuk pelatihan militer di Aceh," katanya.
Selain dana dari kaum muhsinin, Solahudin mengatakan para teroris juga mendapatkan dana dari fa'i atau merampok. "Aksi perampokan sangat disukai untuk menggalang dana," katanya.
Pihaknya mencatat aksi perampokan teroris pada 2012 - 2013 mencapai lebih dari 10 kali dengan sasaran utama perbankan milik pemerintah. Selain mendapatkan dana dari dalam negeri, penyandang dana dari luar negeri juga tetap ada. "Dana-dana dari luar (negeri) masih ada," katanya.