Jumat 27 May 2016 05:22 WIB

'Sungguh Ironi Melihat Nama Calon Pengurus Golkar'

 Ketua Umum Parta Golkar Setya Novanto berpidato saat penutupan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golongan Karya di Nusa Dua, Bali, Selasa (17/5). (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Ketua Umum Parta Golkar Setya Novanto berpidato saat penutupan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golongan Karya di Nusa Dua, Bali, Selasa (17/5). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak dapat dipungkiri Golkar merupakan salah satu partai terbesar di Indonesia yang memiliki cita-cita ingin mewujudkan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat negeri ini. Sayangnya, penyusunan pengurus Golkar usai pelaksanaan Munaslub di Nusa Dua, Bali, belum lama ini dipermasalahkan.

Koordinator Gerakan Pemuda Penyelamat Partai Golkar (GPPPG), Fajar Ardy Hidayatullah mengaku prihatin melihat daftar nama pengurus Golkar yang mencantumkan mantan narapidana. Dia juga menyinggung ada nama yang pernah tersandung kasus kesusilaan. Hal itu tentu dapat menghambat usaha kerja-kerja partai untuk mewujudkan kesejahteraan.

"Namun sungguh ironi dan serasa 'jauh panggang dari api' apabila melihat nama-nama calon pengurus Golkar," ujar Fajar kepada wartawan di Jakarta, Kamis (26/5).

Menurut Fajar, meskipun sudah berstatus mantan napi, namun kalau diberi kesempatan mengisi jabatan politik memiliki potensi untuk kembali melakukan tindakan melanggar hukum tersebut. Dia menyatakan, adanya individu yang memiliki rekam jejak buruk tentu sangat berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi Golkar. Pun dengan elektabilitas dan kepercayaan rakyat terhadap partai bisa turun.

"Di bawah kepemimpinan Setya Novanto diharapkan dapat membawa Golkar membangun bangsa dan negara yang lebih baik lagi karena Suara Golkar adalah Suara Rakyat," katanya.

Sebelumnya, beredar daftar nama kepengurusan yang beredar di media sosial. Netizen mempersolkan beberapa nama yang pernah tersandung kasus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement