Kamis 26 May 2016 21:46 WIB

Wagub: Banjir di Bandung Selatan Kesalahan 'Berjamaah'

 Sejumlah anak bergegas untuk memasuki Masjid Agung Dayeuh Kolot guna menunaikan Ibadah Shalat Jumat saat banjir melanda Bandung Selatan, Jumat (26/12).  (Republika/Raisan Al Farisi)
Sejumlah anak bergegas untuk memasuki Masjid Agung Dayeuh Kolot guna menunaikan Ibadah Shalat Jumat saat banjir melanda Bandung Selatan, Jumat (26/12). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar mengatakan musibah banjir yang terjadi di kawasan Bandung Selatan merupakan kesalahan bersama.

"Bicara soal banjir atau bencana di Bandung Selatan itu tidak berdiri sendiri, beberapa ordo sungai bermuara di Citarum. Rata-rata di setiap ordo pun sudah ada pabrik. Jadi kalau ada kerusakan di ordo-ordo sungai dan airnya mengalir di Citarum, Bandung Selatan pasti tenggelam. Jadi bicara banjir Bandung Selatan itu tidak hadir sendiri. Siapa yang salah? ya ini sudah kesalahan berjamaah," katanya di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis (26/5).

Deddy mengatakan banyak pemukiman tak berizin dibangun di lingkungan sungai, dan tak terkontrol oleh pemerintah salah satunya. Selain itu, masalah sampah, penebangan pohon di hulu sungai, dan limbah industri, tentu jadi penyumbang tercemarnya lingkungan, dan memperkuat potensi bencana banjir, di Bandung Selatan.

"Maka untuk penanganan banjir di Bandung Selatan tak hanya urusan Kabupaten Bandung. Diperlukan kerjasama lintas sektor untuk menyelesaikannya," katanya

Menurutnya bencana hadir dari perbuatan manusia sendiri. Sementara itu, telah banyak pihak yang menyumbang terjadinya bencana di Bandung Selatan. Maka banjir Bandung Selatan adalah kesalahan 'berjamaah'.

Hal yang sangat penting, lanjut Deddy, adalah komitmen pemerintah. Baik pusat, provinsi, dan kabupaten/ kota karena tanpa ada komitmen yang kuat, sangatlah mustahil bisa menyelesaikan masalah banjir Bandung Selatan ini.

"Bagaimana sinergi antar Pemerintah tadi harus sangat tinggi. Kemudian juga masyarakat komunikasi juga diperlukan," ujarnya.

Di samping itu, kotornya Citarum dan banjir Bandung Selatan, kata Deddy, itu merupakan 'Wajah Peradaban Manusia Saat ini'. Karena bencana sejatinya adalah ulah manusia

"Untuk membentuk peradaban, yang dibentuk dari 'habit' atau kebiasaan yang baik. Maka sikap 'peduli lingkungan' perlu disuarakan pula lewat sistem pendidikan," katanya lagi.

"Makanya kalau bicara peradaban, kita harus bicara lewat sistem pendidikan. Sehingga melahirkan generasi yang memang peduli lingkungan. Peradaban kan luas sekali, Citarum wajah peradaban Jawa Barat, bukan hanya Kabupaten Bandung, termasuk pemerintah provinsi, dan pusat. Citarum sungai terkotor di dunia. Mau predikat apa lagi yang lebih memalukan?" jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement