Rabu 18 May 2016 07:03 WIB

Catatan 18 Tahun Reformasi: Antara Stagnasi dan Salah Arah

Red: M Akbar
Ubedilah Badrun
Foto:

Lucunya, sang pemenang kontestasi politik ini dikendalikan pemilik modal yang memberi financial capital pada sang pemenang saat kontestasi. Dengan sistem politik liberalistik yang sangat industri politik ini, arah negara ke depan sangat ditentukan oleh siapa yang memiliki financial capital yang besar dan dominan.

Dialah yang menguasai republik ini. Pada saat yang sama, tata kelola negara juga bermasalah karena pengelolaan negara sudah mulai tidak lagi on the track ideologis maupun on the track regulasi.

Atas nama popularitas, seringkali regulasi tidak lagi dipakai dalam mengelola negara saat ini. Atau, seringkali menciptakan regulasi baru yang bertentangan dengan regulasi di atasnya. Realitas politik seperti inilah justru problem serius bangsa ini, yang membuat zigzag tak tentu arah.

Ini artinya pemerintah kebingungan arah atau kehilangan arah. Pemerintah tidak bisa bekerja efektif karena dikendalikan pihak eksternal (pemilik modal). Ada semacam disorientasi meski koalisi pemerintah yang berkuasa dipimpin partai yang memegang teguh ideologi.

Lalu setelah 18 tahun ini dimana cita-cifa reformasi 98 di letakkan? Pertanyaan lebih mendasar adalah setelah 18 tahun reformasi ini dimana ideologi dan konstitusi itu diletakkan?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement