Selasa 17 May 2016 04:11 WIB

Orangtua Harus Hadir dalam Kehidupan Anak

Tolak ukur anak yang nyaman dengan orangtuanya adalah adanya perasaan rindu saat berjauhan.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Tolak ukur anak yang nyaman dengan orangtuanya adalah adanya perasaan rindu saat berjauhan.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Salah seorang praktisi pendidikan keluarga mengatakan orangtua harus hadir dalam kehidupan anak untuk mencegah dampak buruk kemajuan digital saat ini.

Psikolog Fery Farhati dalam seminar nasional bertema "Pola Asuh Membentuk Karakter Anak" di Palembang, Senin, mengatakan kenakalan remaja yang kemudian menjurus kriminalitas seperti narkoba, pemerkosaan, pornografi sejatinya karena orangtua tidak hadir dalam kehidupan anak.

"Seorang anak membutuhkan kasih sayang dan cinta dari orangtua, namun terkadang merasa jika sudah memenuhi kebutuhan jasmani maka hal tersebut telah terpenuhi, padahal tidak demikian," kata lulusan S2 Applied Family and Child Study Department of Family, Cosumer & Nutrition Sciences Northern Illinois University, USA ini.

Ketika anak dihadapkan permasalahan berinteraksi dengan lingkungan maka anak membutuhkan keluarga untuk mendukungnya. Namun, manakala rumah bukan menjadi tempat anak untuk mendapatkan rasa cinta maka keluarga sudah kehilangan perannya sebagai pemberi rasa aman.

"Inilah saat paling rentan, anak bisa terpengaruh dengan lingkungan dan berbuat menjurus pada kriminal," kata istri Mendikbud Anies Baswedan ini.

Oleh karena itu sangat penting kiranya bagi orangtua untuk belajar mengenai perkembangan zaman yang saat ini sedang terjadi karena anak sejatinya dilahirkan sebagai pembelajar.

Dengan belajar maka orangtua akan tahu sebenar-benarnya kebutuhan anak, yang berdasarkan penelitian disimpulkan menjadi lima hal yakni keteraturan, rasa aman, batasan, keterlibatan dan gembira.

"Adanya peraturan di rumah membuat anak bisa mengontrol diri, rasa aman untuk menumbuhkan karakter jujur dan karakter baik lainnya, batasan untuk membuat anak terkendali dalam mengeksplor diri, keterlibatan untuk mendorong anak cerdas, aktif, dan gembira untuk membuat tumbuh maksimal," kata dia.

Jika hal ini diciptakan maka anak tumbuh secara maksimal memiliki karakter-karakter unggul secara moral (jujur, empati, integritas, dll) dan kinerja (kerja keras, rajin, aktif, dll).

Namun Fery mengatakan teori ini sangat sulit dijalankan di masa kini karena orangtua kerap tenggelam dalam kesibukannya dengan dalih mencari nafkah.

Akibatnya, peran keluarga sebagai pembentuk karakter anak menjadi mengabur karena apa yang dibutuhkan anak tidak dapat dipenuhi secara maksimal, katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement