Senin 16 May 2016 19:30 WIB

Risiko HIV-AIDS Anak Jalanan Belum Diperhatikan

Ilustrasi.
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Pusat Penelitian HIV (PPH) Atma Jaya, Kekek Apriana, mengatakan, anak jalanan belum dimasukkan sebagai kategori populasi kunci dalam penanggulangan penyakit kekebalan HIV-AIDS sehingga perhatian untuk golongan ini menjadi kurang.

"Anak jalanan lebih sering disorot dalam pendidikan, seni, dan budayanya, tapi soal HIV-AIDS dan infeksi menular seksual belum dipotret dan belum mendapatkan penanganan khusus," kata Kekek, di Jakarta, Senin (16/5).

Padahal, kata dia, anak jalanan kerap terancam berbagai macam tindak kekerasan seperti kekerasan fisik, seksual, dan rentan menjadi korban narkoba.

Dalam keadaan seperti itu, mereka ada dalam posisi rentan untuk tertular HIV-AIDS. Alasannya, mereka banyak yang melakukan aktivitas yang berisiko untuk tertular HIV-AIDS seperti penggunaan tato, tindik, dan hubungan seksual.

Sementara, lanjut dia, perhatian dari berbagai pihak untuk anak jalanan dalam penularan HIV-AIDS kurang diperhatikan dan solusi yang diberikan cenderung untuk jangka pendek saja.

Pemerintah, kata dia, lebih banyak melakukan sapu bersih dengan razia dan mengirim ke panti sosial tanpa ada penanganan yang serius untuk HIV-AIDS. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 mencatat, jumlah anak jalanan terinveksi HIV-AIDS cukup besar, yaitu 8.581 orang dari 144.889 anak jalanan.

Dalam penelitian yang dilakukan PPH Atma Jaya, kata dia, ditemukan sejumlah anak jalanan pernah berhubungan badan. Beberapa anak jalanan lain berhubungan badan guna mendapatkan uang seperti dari waria.

Penelitian dengan metode FGD itu mengambil responden anak jalanan di berbagai daerah Jakarta.

Penelitian mengambil contoh penelitian/sampel sebanyak 48 orang dari rentang usia antara 15 sampai 18 tahun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement