Kamis 12 May 2016 17:35 WIB

Gajah Yani Menderita Komplikasi Organ Inti

Rep: C26/ Red: Winda Destiana Putri
Kondisi Yani, gajah Lampung di Kebun Binatang milik Yayasan Margasatwa Tamansari Bandung itu kian memburuk setiap harinya, Rabu (11/5).  (Foto : Dede Lukman Hakim)
Foto: Republika/Dede Lukman Hakim
Kondisi Yani, gajah Lampung di Kebun Binatang milik Yayasan Margasatwa Tamansari Bandung itu kian memburuk setiap harinya, Rabu (11/5). (Foto : Dede Lukman Hakim)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gajah Sumatera yang mati di Kebun Binatang Bandung, Rabu (11/5) malam selesai diotopsi oleh tim gabungan dari Dinas Peternakan Jawa Barat, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam, serta menghadirkan Dokter Hewan dari Taman Safari Indonesia.

Hasil sementara ditemukan gajah yang bernama Yani itu menderita komplikasi pada sebagian organ tubuhnya. 

Kepala Balai Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Sri Mujiartiningsih mengatakan diagnosa sementara gajah Yani terlihat perubahan tidak normal pada organ inti tubuhnya. Yakni pada paru-paru, limpa, dan hati.

"Ini masih diagnosa sementara. Kemungkinan radang paru-paru. Lalu pada limpa ada nodul atau bintil (benjolan) juga hati yang mengalami peradangan," kata Sri kepada wartawan di Kebun Binatang Bandung usai melakukan otopsi bersama tim gabungan lainnya, Kamis (12/5).

Ia menyebutkan Yani sudah menderita penyakit kronis tersebut sejak bulan Maret. Sehingga untuk sementara dapat disebutkan penyebab kematian Yani adalah karena faktor komplikasi organ intinya tersebut.

Ketua tim otopsi yang merupakan dokter hewan dari Taman Safari Indonesia, Yohana Tri Hastuti mengatakan untuk usia gajah, sebenarnya Yanj belum tergolong tua. Mengingat usia hidup gajah bisa mencapai 80 tahun.

Namun, ia menyebutkan radang paru-paru, limpa dan hati, yang diderita gajah Yani terlalu lama tidak tertangani dengan baik. Sehingga menyebabkan kematian.

"Secara umum gejala awalnya yakni dahak, batuk dan berat badan menurun. Batuk ada aliran dari hidung. Kalau tidak tertangani dengan baik dan segera dapat mematikan," ujar Yohana.

Ia menjelaskan radang paru-paru pada hewan biasanya terjadi akibat terkontaminasi bakteri. Namun pihaknya masih menunggu hasil dari laboratorium untuk mengetahui penyebab pasti komplikasi yang diderita gajah Yani.

Ia menambahkan ada kemungkinan perubahan metabolisme dalam tubuh gajah Yani. Hal tersebut terlihat dari perubahan kondisi hati yang erat kaitannya dengan sistem metabolisme.

"Perlu kita lihat lagi dari metabolismenya. Nutrien yang kita cari karena ada perubahan di hati ke arah kelainan metabolisme," tutur Yohana.

Disinggung soal keracunan makanan, ia mengatakan tidak ada kelainan dari sistem pencernaan gajah. Termasuk penyakit karena cacing. Ia menyebutkan sistem pencernaannya bersih.

"Ini bersih (pencernaan). Cacing dewasa juga tidak ditemukan. Kalau jumlah makanan dari kondisi badan sudah sesuai cukup," ucapnya.

Tim dokter akan memeriksa lebih lanjut di laboratorium untuk memastikan kematian gajah Yani. Proses ini diperkirakan memakan waktu hingga tiga bulan.

Sementara itu gajah yang berumur 34 tahun tersebut telah dikuburkan di dekat kandang gajah di dalam kebun binatang. Area kandang gajah pun disterilkan dari pengunjung dengan menggunakan tali dengan jarak sekitar 100 meter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement