REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Kepengurusan Partai Golkar mendatang diharapkan tidak menggusur kader-kader yang bersebrangan. Hal itu dikhawatirkan dapat menimbulkan ketidakpuasan dan mengurangi kekuatan partai.
"Jangan ada gusur-gusuran lagi, itu sudah lewat," kata calon Ketua Umum Partai Golkar Syahrul Yasin Limpo dalam kampanye Zona I Pulau Sumatera di Medan, Senin (9/5).
Menurut Yasin Limpo, aksi penggusuran kader yang tidak disukai atau dianggap berseberangan kubu akan menimbulkan dampak yang kontraproduktif bagi Partai Golkar. Kebijakan tersebut tidak akan membesarkan Partai Golkar, namun justru akan menimbulkan faksi, ketidakpuasan, serta mengurangi soliditas dan solidaritas kader.
Munculnya fenomena kader yang mendirikan partai baru atau "lompat pagar" ke parpol lain diyakini karena merasa adanya ketidakadilan dalam Partai Golkar. Rasa ketidakadilan tersebut juga muncul karena adanya pola yang melukai nilai demokrasi, seperti praktik politik uang dalam menentukan kepemimpinan partai. Karena itu, Syahrul Yasin Limpo sangat berharap pemilihan ketua umum Partai Golkar tidak diwarnai praktik politik dalam munaslub yang akan diselenggarakan pada 15-17 Mei tersebut.
"Kalau pertarungan ideologi dirusak transaksional, bisa berbahaya," katanya.
Jika masih mau terjebak dalam pola transaksional, politisi yang juga Gubernur Sulawesi Selatan itu memperkirakan Partai Golkar akan menjadi parpol kecil. Karena itu, seluruh kader yang menjadi pemilik suara dalam Munaslub Partai Golkar diharapkan mampu menjaga diri dari praktik politik uang tersebut.
"Kalau menjaga negara, jaga dulu diri kita sendiri," katanya.