REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggusuran di Kampung Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, masih menyisakan rasa kecewa di hati warga terhadap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Wilayah yang selama ini menjadi tempat bagi warga untuk mencari kehidupan tak lagi ramah.
Banyak derita yang dialami warga akibat penggusuran Kampung Pasar Ikan. Setelah mereka kehilangan tempat berteduh dari terik dan hujan, kini mereka tak mendapat air bersih. Irfan (45 tahun), salah satu warga Kampung Pasar Ikan, mengaku kesal dengan tindakan Pemprov DKI Jakarta yang menghentikan distribusi air kepada mereka.
Ia beserta warga yang lain terpaksa tak mengonsumsi air bersih selama beberapa hari sebelum penggusuran dilakukan. "Waktu sebelum digusur, air mati total. Tidak ada yang mengalir," kata Irfan.
Hingga akhirnya ia dan para warga membeli air bersih seharga Rp 100 ribu kepada warga Luar Batang. Irfan pun harus mengeluarkan dana sebesar Rp 600 ribu untuk mendapat air bersih selama enam bulan. "Kita bayar Rp 100 ribu per bulan, pakai selang kita alirin ke sini," ujar Irfan.
Saat air dimatikan, lanjut Irfan, ia bersama warga lainnya menaruh curiga bila akan ada penggusuran terhadap kampungnya. "Kami pikir air adalah hak warga. Kenapa harus dimatiin? Ngelanggar HAM-lah itu namanya," katanya.
Tak hanya itu, kata dia, para warga yang hendak mengurus KTP ataupun KJP pun kini semakin susah. "Susah sekarang mau urus ini-itu enggak bisa," ujarnya.