REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali mencatat tingkat keterisian (okupansi) hotel di Bali selama libur panjang 5-8 Mei 2015 meningkat 20 persen.
Meski demikian, Ketua PHRI Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengatakan wisatawan tak perlu khawatir kehabisan penginapan saat berlibur ke Pulau Dewata. "Okupansi hotel di hari biasa sekitar 40 persen dan saat ini 60 persen, khususnya hotel berbintang," kata pria yang akrab disapa Cok Ace ini, Ahad (8/5).
Okupansi hotel nonbintang hanya meningkat tujuh persen saja. Wisatawan justru lebih tertarik menginap di vila yang mengalami peningkatan hunian kamar hingga 20 persen setara hotel berbintang.
Mei pada dasarnya termasuk bulan low season untuk kunjungan wisata di Bali, khususnya wisatawan mancanegara. Cok Ace menilai libur panjang kali ini merupakan liburan yang diramaikan wisatawan domestik.
Sebaran kamar hotel di Bali terbilang tinggi, yaitu lebih dari 70 ribu kamar jika mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali dan 100 ribu kamar berdasarkan data PHRI di lapangan. Oleh sebabnya masih banyak kamar yang bisa dipesan oleh wisatawan kapan pun mereka ingin berkunjung.
Tingginya kunjungan wisatawan domestik dinilainya sangat membantu meningkatkan pendapatan sektor perhotelan di bulan low season. Kabupaten Badung menjadi destinasi favorit wisatawan yang datang ke Bali. Jumlah kamar hotel berbintang di kabupaten yang menaungi sejumlah destinasi pariwisata, seperti Kuta, Nusa Dua, Benoa, Uluwatu, dan Jimbaran ini mencapai 1.200 hotel dan lima ribu hotel nonbintang.
General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Trikora Harjo mengatakan jumlah penumpang yang mendarat di bandara meningkat 15 persen sejak 4 Mei lalu. Mayoritas penerbangan berasal dari tujuh kota, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Batam, dan Makassar. "Kami sudah mengantisipasi hal ini dengan penambahan personel di lapangan," kata Trikora.