Senin 02 May 2016 16:49 WIB

Alasan Kelompok Abu Sayyaf Bebaskan 10 WNI Versi Pengamat

Rep: Lintar Satria/ Red: Karta Raharja Ucu
Sandera (ilustrasi)
Sandera (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme dari Universitas Muhammadiyah Malang, Syamsul Arifin mengatakan, pembebasan 10 warga negara Indonesia yang diculik di perairan Filipina karena kelompok Abu Sayyaf  melihat Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia. Selain itu kelompok ini lebih terfokus pada isu domestik daripada isu internasional.

"Saya kira nama-nama abk itu ada yang Muslim," katanya, Senin (2/4).

Syamsul menjelaskan Abu Sayyaf berbeda dengan teroris yang beberapa kali meneror Indonesia. Abu Sayyaf memprioritaskan isu domestik. Yaitu memisakan Filipina Selatan yang mayoritas Muslim dari Pemerintah Filipina.

"Seperti misalnya Santoso, saya tidak melihat kesana," ucap dia. Hal ini berbeda dengan teroris yang mengebom Bali. Para teroris Indonesia menargetkan pihak tertentu, misalnya dalam Bom Bali teroris menargetkan Amerika dan Australia. Jika bukan pihak asing biasanya target mereka tentara atau polisi.

Berbeda dengan Abu Sayyaf yang memiliki kepentingan domestik. Mereka melakukan tindakan kriminal karena membutuhkan dana untuk memberontak melawan pemerintah Filipina. Karena itu menurut dia, kelompok ini menyerang siapa pun yang dianggap berpotensi menghasilkan uang untuk mereka.

Tapi karena itu pula, tambah Syamsul, pembebasan sandera dapat dilakukan dengan diplomasi dan negosiasi. Tanpa perlu menggunakan kekuatan militer.

Negosiator pembebasan sandera WNI oleh kelompok Abu Sayyaf, Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zein, memastikan tidak ada uang tebusan yang diberikan Pemerintah Indonesia untuk membebaskan para WNI. Ia menegaskan, cara yang dilakukan untuk membebaskan mereka yakni negosiasi.

"Pembebasan tersebut dilakukan tanpa uang tebusan, melainkan negosiasi atas kerja sama intelijen TNI dengan intelijen tentara Filipina," kata Kivlan Zein.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement