Senin 02 May 2016 12:06 WIB

Pemegang KJP Terima Bantuan Kuliah Bila Tembus PTN

sejumlah siswa menunjukkan Kartu Jakarta PIntar (KJP) miliknya saat pembukaan workshop pencairan dana Kartu Jakarta Pintar (KJP) di SMKN 56 Pluit, Jakarta Utara, Kamis (21/5).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
sejumlah siswa menunjukkan Kartu Jakarta PIntar (KJP) miliknya saat pembukaan workshop pencairan dana Kartu Jakarta Pintar (KJP) di SMKN 56 Pluit, Jakarta Utara, Kamis (21/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan memberikan bantuan kepada pemegang Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang bisa masuk Perguruan Tinggi Negeri sebesar Rp 18 juta pertahun per anak.

"Kita ada peningkatan mutu, karena tahun ini pemegang KJP yang masuk PTN akan dapat bantuan Rp18 juta pertahun per anak dan itu yang kami putuskan," kata Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang akrab dipanggil Ahok di Jakarta, Senin (2/5).

Selanjutnya bila warga KJP masuk Perguruan Tinggi swasta bagaimana, Ahok minta perguruan tinggi swasta yang baik dengan memberikan beassiswa kepada mahasiwa, kalau bisa lulus dapat beasiswa Pemprov DKI akan berikan Rp 18 juta pertahun per anak, katanya.

"Selain itu juga, bulan Juni kita akan launching Kartu Jakarta One, kita ingin semua operasi pasar itu mengarah ke nontunai, dengan demikian kita harapkan pendidikan di Jakarta akan baik. Karena ada KJP, ada BPJS Kesehatan bahkan untuk anak sekolah yang tidak mampu," kata Ahok.

Dengan demikian Pemprov DKI dapat melakukan penghematan cukup besar seperti KJP, dengan mengurangi adanya manipulasi seperti nama yang rangkap. Hal tersebut membuat pengguna KTP Jakarta lebih kecil tahun ini, kata Ahok.

"Jadi dengan pola ini kita harapkan pendidikan diutamakan, termasuk tahun ini uji coba juga termasuk bantuan nutrisi kepada pemegang KJP, jadi operasi pasar nanti, kita arahkan operasi pasar daging, beras semua untuk pemegang KJP," kata Ahok.

Menurut Ahok program tersebut belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga terkadang menemukan anak-anak yang patah semangat karena tidak ada biaya melanjutkan ke perguruan tinggi. "Kita belum pernah memberikan itu, terus kita menemukan anak-anak ini patah semangat, jadi dia merasa buat apa diminta rajin belajar, bisa masuk perguruan tinggi negeri manapun belum tentu ada biaya hidup," kata Ahok.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement