REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Golkar terancam semakin terpuruk karena menghapus syarat tidak tercela untuk maju sebagai calon ketua umum.
Pakar politik Universitas Padjajaran Muradi menyatakan hal ini sama saja dengan mempersilahkan calon ketum bermasalah memimpin partai tersebut. "Ini sama saja mengembalikan Golkar terpuruk seperti di era Ical," katanya, saat dihubungi, Ahad (1/5).
Dia mengamati belakangan ini peta calon ketum Golkar mengerucut pada dua nama calon yaitu Ade Komaruddin dan Airlangga Hartarto. Keduanya adalah representasi dari ormas pendiri Golkar, Sentra Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) dan Kosgoro.
Nama Setya Novanto menurutnya tak masuk sebagai kandidat potensial untuk memenangkan Munaslub. Namun, dengan dihapusnya syarat tidak tercela seperti tertuang dalam AD/ART partai Golkar, menurut Muradi, membuka jalan bagi Setya Novanto untuk maju.
Kompetisi antarcalon akan semakin terasa. Mereka memperebutkan dukungan para pemilik suara. Novanto sebelumnya menjabat sebagai Ketua DPR. Dia kemudian mengundurkan diri dari jabatan itu karena maraknya isu pertemuan dirinya dengan petinggi Freeport, Maroef Sjamsuddin dan pengusaha Riza Chalid.
Muradi menyatakan jangan sampai politik uang yang menjadi patokan yang dipilih. Golkar harus mampu memilih calon yang kredibel agar mampu membawa partai tersebut semakin mendapatkan citra positif masyarakat.