Jumat 29 Apr 2016 03:48 WIB

6.000 Pohon Pinus Roboh Terkena Angin di Banjarnegara

 Seorang petani mengumpulkan getah pohon pinus (Pinus Merkusi) di daerah Saruaso Barat, Kecamatan Tanjuang Ameh, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Kamis (14/4).
Foto: Antara/Muhammad Arif Pribadi
Seorang petani mengumpulkan getah pohon pinus (Pinus Merkusi) di daerah Saruaso Barat, Kecamatan Tanjuang Ameh, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Kamis (14/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Sekitar 6.000 pohon pinus di wilayah Bagian Kesatuan Hutan (BKPH) Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, roboh akibat diterjang angin kencang, kata Administrator Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur Wawan Triwibowo.

"Terkait pohon-pohon yang roboh ini, kami sudah membuat berita acara dengan Seksi Perencanaan Hutan. Kami mengusulkan rencana teknik tahunan tebangan tak terduga," katanya di kawasan hutan pinus Perhutani, Desa Sirongge, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara, Kamis (28/4).

Menurut dia, rencana tebangan tak terduga tersebut mengakomodasi kegiatan-kegiatan yang tidak terencana dan tidak terduga yang disebut dengan tebangan D.

Setelah itu, kata dia, pihaknya akan melakukan eksploitasi tetapi terbatas pada hutan produksi.

Dalam hal ini, lanjut dia, pihaknya tidak bisa melakukan eksploitasi atau mengambil pohon-pohon yang roboh di kawasan hutan lindung.

"Kami tidak bisa melakukan pungutan di sana (hutan lindung, red.), sehingga pohon-pohon yang roboh dibiarkan menjadi humus," jelasnya.

Ia mengatakan usia pohon pinus yang tumbang itu bervariasi sekitar 15 tahun hingga 50 tahun.

Menurut dia, arah embusan angin kencang itu seperti ada jalurnya sehingga tidak semua pohon terkena hingga roboh.

"Terhadap tebangan yang mengompleks, selain mengusulkan rencana pungutan atau mengambil pohon yang roboh untuk dieksploitasi, kami juga mengusulkan untuk rencana penanaman bibit pohon baru pada tahun depan dengan harapan tidak terjadi tanah kosong yang muncul akibat bencana," tambahnya.

Disinggung mengenai potensi penuruhan produksi getah pinus akibat bencana tersebut, Wawan memperkirakan akan terjadi penurunan sekitar 12-20 ton dalam satu tahun.

Padahal, kata dia, bibit pohon pinus baru pada tebangan yang mengompleks agar bisa disadap membutuhkan waktu 11 tahun.

"Itu hanya untuk yang mengompleks. Kalau yang tidak mengompleks atau roboh satu-dua pohon, kami tidak mengganti dengan tanamanan baru," katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan bahwa penurunan produksi tersebut tidak terlalu signifikan karena di wilayah Perhutani KPH Banyumas Timur terdapat sekitar 1,5 juta pohon pinus yang disadap sedangkan yang terkena dampak angin kencang hanya sekitar 6.000 pohon.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement