REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Pengeluaran masyarakat Indramayu untuk tembakau (rokok) mencapai miliaran rupiah setiap harinya. Kondisi itupun mengancam kehidupan ekonomi keluarga, terutama masyarakat miskin.
Ketua Indramayu Sehat Tanpa Rokok, Soimalia Mahar menyebutkan, setiap hari, uang yang dikeluarkan masyarakat Indramayu untuk membeli rokok mencapai Rp 4,25 miliar. Jika dikalikan sebulan, maka pengeluaran untuk rokok itu mencapai Rp 127,5 miliar.
''Trend konsumsi rokok telah sampai pada situasi yang mengkhawatirkan,'' kata Soimalia kepada Republika, Kamis (28/4).
Soimalia menyatakan, dampak yang ditimbulkan akibat konsumsi rokok sangat buruk bagi kesehatan. Tak hanya bagi kesehatan perokok, namun juga kesehatan orang lain yang terpapar asap rokok.
Selain mengganggu kesehatan, lanjut Soimalia, kondisi tersebut juga mengancam kehidupan ekonomi keluarga, terutama masyarakat miskin. Menurutnya, pengeluaran untuk rokok pada kelompok tersebut bahkan menempati urutan kedua setelah kebutuhan beras.
''Sebentar lagi rokok menggantikan posisi nasi,'' terang Soimalia.
Soimalia menambahkan, konsumsi rokok di masyarakat meningkat secara pesat dari tahun ke tahun. Bahkan, peningkatan secara tajam prevalensi perokok pemula juga terjadi di kalangan remaja.
Soimalia menilai, masifnya iklan/ promosi/musik sponsor rokok memberi dampak meningkatnya prevalensi perokok itu. Karenanya, dia memohon kepada para pengambil kebijakan agar melarang total iklan, promosi dan sponsor rokok.
Menurut Soimalia, pendapatan dari pajak reklame, promosi, sponsor rokok kontribusinya pun sangat kecil kepada total pendapatan daerah. Sedangkan dampak buruknya sangat besar dan luas.
''Untuk itu, sebaiknya dihilangkan saja dari pendapatan daerah,'' tegas Soimalia.
Soimalia pun berharap ada program berhenti merokok dan perda kawasan tanpa rokok segera terealisasi. Dengan demikian, bisa mengurangi konsumsi maupun dampak buruk rokok.
Sementara itu, berdasarkan data BPS Kabupaten Indramayu (Susenas), konsumsi rokok memang menempati urutan kedua pengeluaran masyarakat Indramayu setelah padi-padian (nasi).
Pada 2013, pengeluaran untuk tembakau dan sirih (rokok) mencapai 10,20 persen, hanya sedikit lebih kecil dibandingkan pengeluaran untuk padi-padian (nasi) yang mencapai 10,96 persen. Kondisi itu juga terjadi pada 2012, 2011 dan 2010.