Rabu 27 Apr 2016 19:00 WIB

Faktor Nyaman Ciptakan Minat Tinggal di Apartemen

Pameran gedung apartemen saar pameran properti di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Ahad (14/2).
Foto:

Heri merasa sangat terbantu dengan keberadaan adanya penjual makanan dan minuman ringan di dalam kompleks apartemen. Selain bisa menjadi pelepas penat, kata dia, dengan adanya tempat berkumpul bagi penghuni lain setidaknya dapat memunculkan pembicaraan konstruktif terkait masalah yang dihadapi dengan pengelola.

Heri menjelaskan, dari pertemuan tidak formal ketika sedang minum kopi itu sering terungkap permasalahan antara penghuni dengan pengelola. Meski penghuni kadang ada yang berstatus sewa atau bukan pemilik, sambung dia, tetap saja adanya tempat berkumpul itu menjadi nilai positif bagi penghuni apartemen.

Meski begitu, ia menyayangkan dengan ruang terbuka hijau di dalam kompleks apartemen yang luasnya semakin menyusut. Hal itu terjadi karena pengelola banyak mengubah peruntukan ruang itu untuk diisi para pedagang. "Sudah disampaikan sama perhimpunan penghuni soal ruang terbuka sekarang makin berkurang. Space yang ada justru dikomersilkan sama pengelola," ujarnya.

Harus berinteraksi

Sosiolog Musni Umar menyatakan, lingkungan tempat tinggal dan kehidupan sosial banyak mempengaruhi perilaku setiap individu. Berdasarkan teori, kata dia, lingkungan sosial yang tertutup mendorong masyarakat yang hidup di lingkungan tersebut untuk berperilaku eksklusif, seperti individualistik dan tidak peduli terhadap sesamanya.

"Maka bagaimana pun hebatnya dan kayanya seseorang, hubungan sosial antara satu dengan yang lain harus terus dipelihara, dijaga dan dirawat. Jangan semua hubungan sosial selalu diukur dengan materi," ujarnya.

Musni menyatakan, hal itu harus dilakukan untuk mencegah jangan sampai kalau muncul masalah, tidak bisa dibagikan dengan pihak lain. Dia mencontohkan, misal ada penghuni tertekan atau memiliki persoalan serius akhirnya mengambil jalan pintas, dengan bunuh diri.

"Maka manusia sebagai makhluk sosial tidak boleh mengingkari fitrahnya dan harus terus dibangun dalam hidup keseharian," katanya.

Musni melanjutkan, kemajuan masyarakat Indonesia yang kemudian mendorong untuk hidup di apartemen, jangan sampai tercerabut dari fitrahnya sebagai makhluk sosial, yang memerlukan cinta, empati, perhatian dan tempat bercurah keluh kesah.

Karena itu, tinggal di apartemen juga harus membuat penghuni tetap bisa berinteraksi dengan penghuni lain. Kalau lingkungan itu tercipta maka tentu menjadi keuntungan positif bagi yang tinggal di apartemen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement