Selasa 26 Apr 2016 09:01 WIB

Ali Imron Minta Kelompok Jamaah Islamiyah tak Berangkat ke Suriah

Terpidana kasus bom Bali, Ali Imron berpidato saat menjadi pembicara dalam Seminar Resimen Mahasiswa Mahasurya Jatim di Hotel Savana, Malang, Jawa Timur, Senin (25/4).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Terpidana kasus bom Bali, Ali Imron berpidato saat menjadi pembicara dalam Seminar Resimen Mahasiswa Mahasurya Jatim di Hotel Savana, Malang, Jawa Timur, Senin (25/4).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dua terpidana pelaku bom Bali I Ali Imron dan Umar Patek menjadi pembicara tamu dalam Seminar yang digelar Resimen Mahasiswa (Menwa) Mahasurya Jawa Timur di Kota Malang, Senin (25/4).

Kedua terpidana yang menghuni lembaga pemasyarakatan (Lapas) berbeda itu hadir sebagai pembicara dalam seminar yang bertajuk "Generasi Penerus Bangsa Bersinergi Mendukung Program Pemerintah: Dalam Rangka Kontraradikal dan Deradikalisasi demi Mencegah Instabilitas serta Menjaga Keutuhan NKRI".

Ali Imron datang ke Malang dari penjara di Jakarta, Ahad (24/4) malam. Pada saat yang hampir bersamaan satu narasumber lain yang juga bekas terpidana teroris dan mantan Komando Pusat Hujad Maluku, Jumu Tuani. Sementara Umar Patek baru sampai di lokasi seminar pada Senin (25/4) dari Lapas Klas I Surabaya di Porong, Sidoarjo.

Dalam seminar itu, Ali Imron  menyampaikan hal yang berkaitan dengan terorisme, termasuk banyaknya jenis terorisme saat ini. Dia juga menyampaikan cara-cara mencegah radikalisme masuk dalam keluarga. Ali Imron yang menjadi pengikut Jamaah Islamiah (JI) itu mengatakan keberadaan JI saat ini tak ada sangkut pautnya dengan aksi terorisme. "Mayoritas mereka tidak sepakat dengan pengeboman dan sejenisnya," kata Ali Imron.

Ia mengaku sempat mengimbau kepada para pengikut JI agar melakukan kebaikan-kebaikan lain di luar aksi radikalisme dan tidak termakan provokasi sehingga merasa perlu berangkat ke Suriah dan Irak untuk berjihad. "Di sana rakyatnya cuma 60 juta orang, baik Muslim maupun non-Muslim. Kenapa kita repot ke sana, di sini (Indonesia) 200 juta Muslimnya saja, si sini mereka yang berhak kita urusi, jangan termakan slogan dan apapun yang ada di internet," ujarnya.

Selain itu, alasan imbauan itu juga karena di Suriah dan Irak banyak sumber fitnah. Misalnya, saat dua orang Indonesia berangkat ke sana, mereka bisa berada di dua kubu yang berbeda, yakni ISIS dan Oposisi Suriah. "Niatnya berjuang bersama tapi justru perang. Ini fitnah yang harus dihindari. Banyak kebaikan lain yang bisa dilakukan di Indonesia, tambahnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement