Senin 25 Apr 2016 18:10 WIB

Marak Gim Daring Berbau Kekerasan, Ini Kata Mendikbud

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah anak bermain game online jenis Point Blank di sebuah warung internet Kawasan tebet, Jakarta Selatan, Ahad (24/4). (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Sejumlah anak bermain game online jenis Point Blank di sebuah warung internet Kawasan tebet, Jakarta Selatan, Ahad (24/4). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyinggung tentang maraknya berita kekerasan oleh dan terhadap anak pada akhir-akhir ini. Menurut dia, terdapat  berbagai kemungkinan faktor penyebab kecenderungan pada anak.

“Kita perlu melihat secara utuh faktor-faktor yang ada di sekolah, keluarga dan masyarakat,” ujar Anies, kepada Republika.co.id, Senin (25/4).  

Ia memberi contoh tentang kerentanan anak dalam masa perkembangan dalam membedakan yang maya dan nyata. Dia juga menyebutkan, sinetron dan video gim untuk kalangan dewasa merupakan contoh kemungkinan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan sebagian anak.

Menurut Anies, video gim yang tepat sebenarnya dapat memberikan dampak positif pada anak. Bahkan, dia melanjutkan, dapat dirancang khusus sebagai media pembelajaran yang efektif bagi perkembangan kognitif, motorik maupun sosial-emosional anak. Dengan program pendidikan yang baik, anak juga dapat dilatih tidak hanya sekadar pengkonsumsi video gim. Dengan demikian mampu mengembangkan dan berkreasi mereka secara digital.

Di samping itu, Anies tidak menampik bahwa tidak semua video gim memiliki karakteristik yang cocok untuk dimainkan oleh anak.  Karena itu, dia mengingatkan media yang dikonsumsi anak, termasuk video gim memang perlu memiliki sistem rating. Sistem ini dinilai mampu memberi peringatan pembelinya tentang kecocokan konten untuk dimainkan anak usia tertentu.

“Di Amerika Serikat misalnya, terdapat sistem Entertainment Software Rating Board,” ujar dia.

Pada sistem ESRB, kata Anies, terdapat enam kategori rating seperti Early Childhood (cocok untuk anak usia dini), Everyone (untuk semua umur) dan Everyone 10+ (untuk usia 10 tahun ke atas). Kemudian Teen (untuk usia 13 tahun ke atas), Mature (untuk usia 17 tahun ke atas) dan Adults Only (untuk dewasa) serta satu kategori antara Rating Pending.

Berkaitan permasalahan video gim yang mengandung kekerasan, Anies menilai, peredarannya memang masih masif dan mudah diakses oleh anak dan remaja. Mereka memainkannya pun tanpa memperhatikan kategori rating. Padahal, ia menegaskan, klasifikasi ini sangat penting untuk diterapkan.

Menurut Anies, pada prinsipnya, pihak di sekeliling anak itu sebenarnya wajib bertanggungjawab terhadap anak dari berbagai pengaruh teknologi. Sementara selama ini sebagian orangtua pun masih awam terhadap model atau rating video gim. Mereka nampaknya tidak menyadari bahwa tidak semua video gim cocok untuk anak semua umur. Dengan demikian pengawasan pun tidak berlangsung baik dalam memilih dan bermain video gim.

“Orangtua juga perlu mahir dalam memanfaatkan video gim sebagai salah satu media pembelajaran sesuai minat dan kebutuhan anak,” kata Anies.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement