Senin 25 Apr 2016 08:01 WIB

Mahyudin: Ical dan Lapindo Jadi Citra Buruk Golkar

Sejumlah pekerja dengan menggunakan alat berat mengurai lumpur di pusat semburan lumpur Lapindo, Porong, Sidoarjo
Foto: Antara
Sejumlah pekerja dengan menggunakan alat berat mengurai lumpur di pusat semburan lumpur Lapindo, Porong, Sidoarjo

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Bakal calon Ketua Umum Partai Golkar H Mahyudin melakukan temu kader dan sosialisasi dengan para pemilik suara di jajaran DPD Golkar Provinsi Bali, Ahad (24/4). Hadir dalam acara tersebut antara lain para Ketua DPD Golkar Kabupaten dan Kota se-Bali, para pengurus organisasi sayap, organisasi pendiri dan para kader lainnya.

Mahyudin mengatakan citra Partai Golkar saat ini sedang buruk. Saat Musyawarah Nasional (Munas) di Nusa Dua Bali, ia mengaku menjadi satu-satunya yang menentang kepemimpinan Aburizal Bakrie agar Munas itu tetap dilakukan pada Januari 2016.

"Saya yang menyampaikan ke Aburizal Bakrie (Ical) bahwa biarkan Munas digelar pada Januari 2016. Namun ada beberapa oknum di DPP Partai Golkar yang menggiring agar Munas digelar September 2015 dan Ical anehnya menurutinya. Saya sudah prediksikan bahwa akan terjadi perpecahan di Golkar. Dan ternyata benar adanya. Selang beberapa waktu kemudian, digelarlah Munas Ancol, maka pecahlah Golkar," ujarnya.

Saat perpecahan terjadi, citra Golkar semakin terperosok. Seluruh pemberitaan selalu memojokkan Golkar. Akibatnya, dalam Pilkada serentak, banyak kader Golkar kalah. Saat ini Golkar butuh pemimpin yang benar-benar memiliki jiwa politik yang tinggi. Kader yang menjadi pemimpin adalah kader yang benar-benar dididik Golkar dan berproses dari bawah.

"Faktanya, kata dia, banyak orang yang tiba-tiba datang ke Golkar, jadi pembisik sana-sini, dipercaya oleh pemimpin dan kemudian diberi jabatan strategis. Politik itu berbeda dengan dunia usaha. Politik itu penuh idealis, dunia usaha itu praktis, asal dapat untung sebanyak-banyaknya," ujarnya.

Saat kepemimpinan Ical, publik selalu menghubungkan Lapindo dengan Golkar. Golkar menjadi tercoreng dengan Lapindo. Padahal antara Golkar yang diketuai Ical itu berbeda dengan Lapindo yang kebetulan Ical ada di dalamnya.

"Ini juga salah satu citra buruk Golkar di zaman Ical. Zaman Ical, tidak bisa menjadi Capres walaupun sudah berjuang sana-sini. Untuk itu tidak ada cara lain Golkar ke depan harus berubah menjadi partai modern, dengan mengutamakan kader Golkar yang sudah lama dididik di Golkar," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement